Cerita Lengkap Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021
Indonesia dipaksa mundur dari turnamen badminton All England 2021. Berikut cerita lengkap tragedi tersebut.
Indonesia tiba di Birmingham pada Sabtu (13/3), sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh Badminton World Federation (BWF) dalam action plan mereka. Sebelum berangkat, Tim Indonesia juga sudah mengirimkan hasil tes covid-19.
Tak hanya itu, Tim Indonesia juga sudah melengkapi dua kali vaksin covid-19 sebelum berangkat menuju All England.
Setibanya di Birmingham, seluruh rombongan Indonesia menjalani tes covid-19 dan berdiam di kamar sampai hasil keluar. Hasilnya seluruh rombongan Indonesia dinyatakan negatif covid-19.
Dengan hasil tersebut, Tim Indonesia mulai berlatih dan menjajal lapangan pada Senin (15/3). Latihan tiap tim bercampur dengan negara lain di tempat yang sama namun di lapangan yang berbeda.
Pada Selasa (16/3) muncul kabar bahwa ada kasus positif di kubu Denmark (Thomas Stavngaard-asisten pelatih), India (tiga pemain), dan Thailand. Hal tersebut membuat manager meeting ditunda keesokan harinya sekaligus pengunduran jadwal babak pertama menjadi pukul 14.00 WIB waktu setempat.
Di titik ini, skuad Indonesia belum mendapat masalah apapun lantaran hasil tes covid-19 saat datang menunjukkan seluruh anggota rombongan negatif covid-19.
Rabu Kelabu
Pada Selasa tengah malam waktu setempat, mulai beredar kabar bahwa hasil tes ulang pada orang-orang yang positif di tiga negara tersebut menunjukkan hasil negatif. Manager meeting di hari Rabu (17/3) kemudian memastikan tes ulang negatif dan turnamen bisa dimulai.
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Jonatan Christie, dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sudah beraksi di babak pertama. Ketiga wakil Indonesia tersebut mengantongi kemenangan dan lolos ke babak kedua.
Ditambah Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang menang WO, Indonesia sudah punya empat wakil di babak kedua.
Namun tak lama setelah kemenangan Ahsan/Hendra, kabar mengejutkan itu datang. 20 dari 24 anggota rombongan Indonesia mendapatkan email dari National Health Service (NHS) yang menyatakan kewajiban isolasi 10 hari. Mohammad Ahsan jadi satu-satunya atlet yang tak mendapat email kewajiban isolasi, sedangkan tiga lainnya adalah Irwansyah (asisten pelatih), Iwan Hermawan (Kasubid Sport Science), dan Gilang (Masseur).
Email tersebut muncul karena mayoritas skuad Indonesia dianggap 'close contact' lantaran berada dalam penerbangan yang sama dengan penumpang positif covid-19 dari Istanbul ke Birmingham. Ketiadaan email isolasi terhadap empat orang tersebut juga menimbulkan pertanyaan karena keempatnya duduk berdekatan dengan anggota rombongan lainnya.
Manajer Ricky Soebagdja yang mendampingi tim langsung melayangkan protes di tempat bersama dengan Kabid Binpres PBSI Rionny Mainaky. Permintaan tes ulang untuk pemain Indonesia juga tidak digubris.
Skuad Indonesia diwajibkan untuk pulang ke hotel dan melakukan isolasi selama 10 hari, terhitung dari 10 Maret hingga 13 Maret. Dengan isolasi tersebut, Skuad Indonesia pun dipaksa mundur dari All England.
Anthony Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang belum bertanding di babak pertama dinyatakan walkover. Begitu pun mereka yang sudah lolos ke babak kedua.
Setelah kabar tersebut tersiar, protes langsung bermunculan dari Indonesia. Ketua PBSI Agung Firman, Menpora Zainudin Amali, Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari hingga Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyuarakan kekecewaan terhadap perlakuan yang diterima skuad Indonesia di All England.
Dubes Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya juga aktif untuk menyuarakan protes dan menuntut transparansi dan keadilan untuk Indonesia di All England.
Pihak BWF dan panitia penyelenggara All England sendiri mengaku sudah berusaha melobi NHS agar Indonesia bisa tetap berpartisipasi di All England. Namun upaya tersebut disebut gagal dan keputusan tidak dapat diganggu gugat.
Setelah menjalani dua hari isolasi, Jumat (19/3) skuad Indonesia dapat kepastian untuk bisa pulang meninggalkan Inggris pada Minggu (21/3) berkat bantuan Dubes Desra Percaya. Sebelum pulang, seluruh skuad Indonesia menjalani tes PCR Swab sebagai syarat untuk terbang.
(ptr)