Mimpi Eko Yuli Bangun Sasana Angkat Besi Tertunda
Mimpi lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan, membangun sasana atau tempat latihan angkat besi berstandar internasional usai Olimpiade Tokyo 2020, terpaksa ditunda untuk sementara.
Ini karena Eko Yuli gagal meraih medali emas nomor 61kg putra. Dalam bayangan Eko, jika meraih emas ia akan mendapat bonus minimal Rp5 miliar dari pemerintah, yang itu bisa dimanfaatkan untuk membeli tanah dan membangun sasana yang representatif.
Karena meraih perak, lifter kelahiran Lampung ini hanya mendapat Rp2 miliar dari pemerintah. Dana sebesar itu dianggapnya belum cukup untuk membeli tanah di daerah Bekasi dan peralatan yang lengkap untuk mencipta atlet angkat besi.
"Saya itu punya mimpi ingin punya tempat latihan sendiri sebelum berangkat ke Tokyo. Tadinya, saya ingin mengincar medali emas agar bisa mewujudkannya. Tapi, ternyata rezeki saya hanya meraih medali perak," kata Eko Yuli, dalam rilis KOI, Sabtu (7/8).
"Saya sudah menghitung jika besaran bonus medali emas Rp5 miliar sama dengan yang diberikan pemerintah saat Olimpiade 2016 Rio de Janeiro artinya cukup buat membeli lahan untuk dijadikan tempat latihan buat mencetak atlet angkat besi," ujarnya.
Namun bukan berarti ambisi peraih medali emas Asian Games 2018 ini dipadamkan. Lifter 32 tahun ini akan berdiskusi dengan keluarga dan kerabatnya untuk mewujudkan misi sucinya mencipta atlet muda angkat besi di pentas internasional.
"Sekarang masih mikir-mikir. Saya akan coba rembukan dulu dengan keluarga, karena keluarga juga sudah mengetahui rencana saya ingin punya tempat latihan," ujar lifter yang telah memutuskan tak akan pensiun usai Olimpiade Tokyo 2020 ini.
"Terus terang, saya sih ingin mencetak atlet angkat besi yang berprestasi dari tempat latihan sendiri. Istilahnya saya juga ingin ada regenerasi dari hasil karya sendiri," ucap ayah yang telah memiliki dua anak ini menambahkan.
Sambil terus memupuk ambisinya itu, Eko akan berjuang berada dalam kondisi terbaik sehingga tetap bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Perjalanan menuju ke sana tak akan mudah, tetapi bukan pula mustahil.
Pencapaian terbaik Eko di pentas olahraga sejagat ini adalah meraih dua medali perak (2016 dan 2020) serta dua perunggu (2008 dan 2012). Tiga tahun lagi usia Eko sudah 35 tahun dan itu bukan angka ideal untuk meraih medali.
Namun, sejarah juga mencatat ada beberapa nama yang pernah meraih medali emas angkat besi di atas usia 35 tahun. Hal inilah yang membuat Eko optimistis masih bisa bersaing dengan lifter dari mancanegara yang usianya lebih muda.
"Sekarang belum [mau pensiun] karena cita-cita medali emas belum tercapai. Tapi, kita lihat progres ke depannya. Mungkin jika mempertahankan medali (perak) masih sanggup, tetapi merebut medali emas kita lihat dulu persiapannya seperti apa," kata Eko.
Eko pun telah mengutarakan niatnya itu ke PB PABSI. Gayung bersambut, Ketua PB PABSI Rosan P Roeslani akan membuka jalan bagi Eko untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade 2024, dengan catatan bisa menjaga prestasi dan kebugarannya.
"Jika dilihat umur memang sulit, tetapi jika ada kesempatan [tetap berkompetisi], kenapa tidak? Yang paling penting itu sekarang adalah bagaimana menyiapkan lifter-lifter muda penerus saya. Itu yang menjadi tantangan," ucap Eko memungkasi.
(abd/jun)