Lionel Andres Messi. Nama ini tak henti-hentinya mengejutkan banyak pecinta sepak bola.
Mulai dari hattrick ke Real Madrid di El Clasico lebih satu dekade lalu, rekor 91 gol dalam satu kalender tahun pada 2012, top skor sepanjang masa La Liga Spanyol, satu-satunya pemain dengan 6 Ballon d'Or, hingga menjuarai Copa America 2021 bersama Argentina.
Messi kembali membuat kejutan tengah pekan lalu. Tapi kali ini kejutan itu bukan lagi soal prestasi atau cerita magis Si Kutu di atas lapangan. Melainkan perpisahan dengan Barcelona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
La Pulga resmi tak melanjutkan kariernya di Barcelona. Pemotongan gaji Messi hingga 50 persen dalam kontrak baru yang disepakati tidak mampu menyelamatkan Barcelona dari peraturan financial fair play La Liga. Neraca keuangan klub pun jauh dari kata seimbang.
Meski di satu sisi baik Messi maupun Barcelona sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan yang sudah terjalin sejak 2000, namun peraturan dan kondisi brankas Blaugrana memaksa kedua pihak pisah jalan.
Joan Laporta yang menggunakan Messi untuk kepentingan politik dalam kampanye pemilihan presiden beberapa bulan lalu nyatanya harus menjilat ludah sendiri. Dia tak mampu berbuat banyak untuk menepati janji manisnya. Sekali lagi, janji tinggal janji.
![]() |
Faktanya kini Messi tak bisa lagi merumput di Camp Nou. Tak bisa lagi mendengar sorak sorai Culers dari tribune. Dan tak bisa lagi merayakan gol bersama Jordi Alba cs seperti sebelumnya.
Dewa Camp Nou
Jika Diego Maradona dianggap dewa oleh masyarakat Kota Naples, Italia, maka hal sama juga dirasakan publik Catalunya terhadap Messi. Nama pemain kelahiran Rosario, Argentina, 23 Juni 1987 itu bahkan kerap dipelesetkan sebagai Messiah atau sang juru penyelamat. Sebab kiprahnya di tim biru-merah telah banyak mendatangkan trofi.
Pasca-era Ronaldinho berakhir pada 2008, gelontoran prestasi direngkuh Azulgrana bersama Messi. Mulai dari La Liga, Copa Del Rey, Liga Champions, Super Eropa, Super Spanyol, Piala Dunia Antarklub dan lain-lain. Total ada 35 trofi diberikan Messi ke lemari Barcelona.
Namun sekali lagi, sama seperti nama besar lainnya yang pernah berseragam Barcelona, tak ada yang abadi. Messi memang bisa dipastikan cepat atau lambat harus menanggalkan jersey klub yang sudah membesarkan namanya.
Dulu Barcelona pernah melepas Ronaldinho yang juga menjadi penyelamat klub dalam memutus puasa gelar, atau ketika merelakan duo maestro lini tengah Andres Iniesta-Xavi Hernandez. Begitu juga Messi kali ini.
Akan tetapi Messi berbeda dari nama-nama di atas. Seperti ada perasaan kecewa dan ketidakikhlasan banyak Culers ketika mengetahui sang idola tak masuk skuad musim 2021/2022.
Sebab Messi adalah bonus paling besar dan berharga dalam sejarah Barcelona. Bagaimana tidak, sama seperti Iniesta dan Xavi, Messi adalah lulusan La Masia. Hasil kerja keras yang dilakukan Barcelona di akademi junior berbuah hasil ketika Messi mempersembahkan banyak gelar pasca-debut bersama tim utama.
Dan sekali lagi tak ada satu pun pemain di dunia yang lebih besar dari sebuah klub. Begitu juga Messi, The GOAT Barcelona. Kepentingan klub harus diutamakan, karena selamanya klub akan terus berjalan, sementara seorang pemain harus berhenti ketika sudah waktunya.
Mungkin yang membuat terasa asing adalah bagaimana setiap laga Barcelona selanjutnya tak ada Messi di dalamnya. Rasa aneh juga akan terasa ketika Messi bermain di atas lapangan dengan seragam klub lain, misalnya PSG.
Mulai sekarang Culers sejati juga harus benar-benar mengikhlaskan kepergian Messi. Karena apapun yang terjadi Barcelona adalah Barcelona. Mungkin mereka masih bisa menyaksikan permainan Messi bersama PSG atau klub lain, tapi Barcelona harus tetap di hati mereka, dengan atau tanpa Messi.
Gracias Messi, visca El Barca!
Mari lanjutkan menikmati sepak bola Barcelona dan Messi sekaligus secara terpisah.
(har)