Telat 3 Menit, Atlet Malaysia Batal Raih Emas Paralimpiade

CNN Indonesia
Kamis, 02 Sep 2021 15:23 WIB
Muhammad Ziyad Zolkefli batal raih medali emas tolak peluru Paralimpiade Tokyo 2020. (AP/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNN Indonesia --

Atlet tolak peluru Malaysia, Muhammad Ziyad Zolkefli, batal meraih medali emas Paralimpiade Tokyo 2020 karena terlambat datang ke venue.

Zolkefli yang turun di tolak peluru kelas F20 didiskualifikasi karena terlambat tiga menit. Namun, Zolkefli dan dua atlet lainnya diizinkan bertanding meski gagal tampil tepat waktu.

Juru bicara Komite Paralimpiade Internasional Craig (PIC) Spence mengatakan, Zolkefli tetap diizinkan bertanding namun tetap mendapat konsekuensi setelahnya.

"Mereka terlambat dan mungkin memiliki alasan logis untuk terlambat. Oleh karena itu kami mengizinkan mereka untuk bertanding dan melihat fakta-fakta setelah pertandingan," kata Spence dikutip The Guardian.

World Para Athletics sebagai pihak berwenang, dalam pernyataannya mengatakan seorang wasit telah memutuskan setelah pertandingan bahwa "tidak ada alasan yang dapat dibenarkan kepada atlet yang gagal melapor" tepat waktu. Pengajuan banding pun telah ditolak.

Diskualifikasi terhadap Zolkefli membuat medali emas jatuh ke tangan atlet Ukraina Maksym Koval. Sementara medali perak dan perunggu masing-masing jadi milik Oleksandr Yarovyi (Ukraina) dan Efstratios Nikolaidis (Yunani).

Spence menambahkan, diskualifikasi yang menimpa Zolkefli disambut kemarahan brutal di media sosial. Komentar dari netizen Malaysia dianggap "sangat kasar" dan sebagian besar menyasar kepada Komite Paralimpiade Ukraina.

"Saat ini kami melihat komentar di setiap unggahan di media sosial bahwa tidak ada hubungannya dengan event tolak peluru F20 putra." kata Spence.

"Maaf. Aturan adalah aturan. Keputusan itu sudah diambil. Bukan salah Ukraina jika atlet Malaysia itu terlambat," kata Spence.

Menurut Spence, ketiga atlet Malaysia datang terlambat tiga menit. Sanksi diskualifikasi dianggap bukan hukuman yang keras terhadap pelanggar aturan regulasi. "Atlet yang lain sampai di sana lima menit lebih awal," ujar Spence.

Spence menjelaskan, atlet Malaysia tersebut mengaku tidak mendengar pengumuman tersebut atau tidak mengerti bahasa yang digunakan.

Spence juga menyebut, pelecehan di media sosial dari warganet Malaysia bukan kali pertama terjadi. Pada tahun 2019, IPC mencopot Malaysia dari Kejuaraan Renang Dunia karena tidak mau menjamin atlet Israel untuk ikut bertanding.

Kala itu, reaksi netizen Malaysia pun dianggap mirip dengan kasus diskualifikasi yang dialami Zolkefli. "Tingkat pelecehan yang diarahkan ke IPC saat itu sangat tinggi," terang Spence.

(jun/har)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK