Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia wajib belajar dari laga uji coba pertama kontra Timor Leste saat kembali bersua lawan yang sama di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (30/1).
Timnas Indonesia tampil mengecewakan meski menang dengan skor cukup mencolok 4-1. Begitu banyak kelemahan yang diperlihatkan Evan Dimas dan kawan-kawan sepanjang pertandingan.
Permainan ngotot yang jadi ciri khas tim Garuda di bawah asuhan Shin Tae Yong tak konsisten diperagakan selama 90 menit permainan. Para pemain Timnas Indonesia juga kerap salah oper dan bermasalah soal transisi permainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Intinya permainan Timnas Indonesia jauh dari kata ideal. Standar yang sudah dipatok di Piala AFF 2020 turun jauh di laga uji coba pertama melawan Timor Leste.
Potret itu terlihat jelas di babak pertama. Timnas Indonesia seperti bermain tanpa arah dan bisa saja tertinggal lebih dari satu gol andai Timor Leste lebih klinis dalam memanfaatkan peluang dan tidak gagal mencetak gol dari titik penalti.
Beruntung situasi itu bisa diubah di babak kedua. Para pemain Timnas Indonesia seperti terbangun dari tidur mereka setelah dimarahi Shin Tae Yong saat jeda babak pertama.
Tim Merah Putih kembali tampil dengan ciri khas mereka, tampil ngotot dan tidak membiarkan pemain Timor Leste leluasa menguasai bola. Empat gol pun bisa dicetak dengan dua di antaranya melalui gol bunuh diri pemain lawan.
Meski menang dengan margin tiga gol, secara keseluruhan kemenangan atas Timor Leste saat uji coba pertama jauh dari mengesankan.
Pemandangan serupa pantang terulang di uji coba kedua. Timnas Indonesia tak boleh lagi tampil lembek, apapun alasannya.
Timnas Indonesia harus bisa menunjukkan bahwa mereka tim yang berpotensi menjadi raja di Asia Tenggara, seperti yang diinginkan oleh Shin Tae Yong. Caranya tentu dengan menaikkan standar permainan dan tak lagi banyak melakukan kesalahan-kesalahan elementer.
Standar permainan itu sebenarnya sudah dipatok di Piala AFF 2020. Timnas Indonesia seharusnya berangkat dari level itu untuk menjadi tim yang lebih baik ke depan.
Bukan malah seperti tim yang terkesan memulai semuanya dari awal. Kesan itu yang sepatutnya hilang di laga kedua melawan Timor Leste.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Para pemain Timnas Indonesia jelas bisa melakukannya asalkan bisa fokus, disiplin, dan tidak menganggap remeh lawan. Timnas Indonesia juga pantang bertumpu hanya kepada satu individu untuk meraih hasil positif.
Pratama Arhan menjadi sosok pembeda di laga uji coba pertama. Pemain PSIS Semarang itu berperan untuk tiga gol yang diciptakan Timnas Indonesia ke gawang Timor Leste.
Untuk laga uji coba kedua, Arhan jangan lagi menanggung beban itu seorang diri. Seluruh pemain Timnas Indonesia mesti memikul beban yang sama yakni wajib tampil optimal sejak menit pertama pertandingan.
Pertemuan kembali dengan Timor Leste juga sebenarnya menjadi kesempatan buat Shin Tae Yong untuk melakukan rotasi pemain. Dua anak muda berusia 17, Ronaldo Joybera Kwateh dan Marselino Ferdinan layak dapat menit bermain yang lebih banyak.
Ronaldo memperlihatkan kelebihan yang ia miliki saat masuk menggantikan Ramai Rumakiek di awal babak kedua. Pemain muda milik Madura United itu tampil percaya diri. Aksi individu dan keberaniannya berduel satu lawan satu membuat pemain Timor Leste kerepotan.
Kesan positif juga didapat dalam debut Marselino. Pemain yang tengah meroket penampilannya bersama Persebaya Surabaya itu bermain selama 25 menit saat Timnas Indonesia menang atas Timor Leste usai masuk menggantikan kapten tim, Evan Dimas.
Marselino tak terlihat canggung di lapangan. Pemain jebolan akademi tim Bajul Ijo itu berani menguasai bola dan bisa menjalin kerja sama yang cukup baik dengan para pemain di lini tengah dan depan Timnas Indonesia.
Marselino juga memiliki karakter permainan yang berbeda dengan Evan. Marselino punya mobilitas yang lebih tinggi dan ini bisa menjadi nilai plus di laga uji coba kedua nanti. Terlebih, mantan penggawa Timnas Indonesia U-16 itu juga punya canon ball yang bisa jadi senjata pemecah kebuntuan.
Pemain seperti Bayu Fiqri dan Muhammad Rafli juga layak diberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan. Bayu Fiqri layak untuk dijadikan opsi pengganti Sani Rizki yang sudah dilihat kemampuannya selama 90 menit saat mengisi pos bek kanan saat uji coba pertama.
Sementara kemampuan Rafli layak untuk diuji oleh Shin Tae Yong. Apalagi, penampilan Dedik Setiawan dan Hanis Saghara di lini depan saat menang 4-1 atas Timor Leste terbilang mengecewakan.
Dari segi grafik penampilan di klub, Rafli juga terbilang lebih baik ketimbang Dedik. Oleh karena itu, Rafli punya potensi membuat Shin Tae Yong tersenyum di tengah kesulitannya mencari striker berkualitas untuk Timnas Indonesia.
[Gambas:Video CNN]