Jakarta, CNN Indonesia --
Lionel Messi kembali gagal menunjukkan kemampuan sebagai yang terbaik dalam laga Liga Champions saat Paris Saint-Germain (PSG) meladeni Real Madrid.
Melawan Madrid adalah 'reuni' bagi Messi yang sempat 17 musim membela Barcelona. Cukup beralasan bila sederet pengalaman melawan Los Blancos membuat Messi jadi andalan Les Parisien ketika menjamu klub pemilik Liga Champions terbanyak itu.
Dalam 45 laga bersama Barcelona, Messi menang 20 kali atas Madrid serta mencetak 26 gol dan mengirimkan 14 assist.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sahih jika menunggu aksi Messi mengacak-acak lini belakang Madrid, karena ada bukti sang pemain pernah melakukannya yang didukung angka-angka statistik.
Messi didampingi Kylian Mbappe di kiri dan Angel Di Maria di kanan jadi trisula lini depan PSG. Sementara Neymar masih jadi pemain cadangan.
Selepas 10 menit awal yang terlihat cukup seimbang, PSG perlahan menunjukkan kepiawaian bermain menekan sehingga permainan Madrid tidak berkembang.
El Real tak leluasa membangun serangan layak guna membobol gawang tuan rumah yang dikawal Gianluigi Donnarumma. Sebaliknya dengan PSG.
Hanya saja PSG tidak bermain cukup efektif ketika unggul dalam penguasaan bola. Anak asuh Mauricio Pochettino kerap bermain di area Madrid, dan bahkan masuk ke sepertiga akhir lapangan, tetapi masih kesulitan mengubah angka di papan skor.
Keberadaan Mbappe dan Nuno Mendes di sisi kiri menjadi ancaman bagi Madrid, khususnya Dani Carvajal yang mengisi posisi bek kanan.
Mbappe, yang gencar diisukan bakal berkostum Madrid pada musim depan, sudah unjuk gigi sebagai kreator serangan sejak awal. Lantas di mana Messi?
Messi tampak tak banyak aktif layaknya Mbappe yang meneror Carvajal. Pemain 34 tahun itu cenderung lebih kalem. Bisa jadi Pochettino menaruh Messi hanya sebagai umpan yang menarik perhatian lawan sehingga pemain-pemain lain bisa leluasa mendobrak pertahanan Madrid. Yang jelas Messi kurang bergairah, seolah sang lawan hanyalah klub biasa yang tidak pernah punya sejarah panjang dengan dirinya.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Sebuah petaka muncul pada menit 60. Pada awalnya seolah Madrid yang harus menanggung derita lantaran wasit Daniele Orsato menunjuk titik putih setelah tekel Carvajal menyangkut di kaki Mbappe.
Namun bencana sesungguhnya menimpa Messi. Maju sebagai eksekutor tendangan 12 pas, Messi mengarahkan bola ke pojok kiri bawah. Courtois tanpa ragu melompat dan menghalau si kulit bulat masuk ke gawangnya.
Skor tetap 0-0. Messi gagal cetak gol dari titik putih. Sebuah peluang emas terbuang.
Selain sebuah tembakan penalti yang gagal, Messi melepaskan tujuh upaya mencetak gol lain yang membuat dirinya menjadi pemain paling sering berusaha membobol gawang Madrid. Messi juga merupakan pemain yang paling sering menggocek lawan di laga tersebut. Namun catatan tersebut tak bisa mengubah skor.
Pada akhirnya Madrid menang 1-0 berkat gol Mbappe di pengujung laga. Tetapi Messi kali ini bertindak sebagai pemain yang menaruh beban untuk timnya untuk menang karena penalti yang gagal.
Dalam masa dahulu, Messi adalah sosok yang menanggung beban dari segala kelemahan tim. Kini situasi agak sedikit berbeda.
 Lionel Messi tidak bisa membobol gawang Real Madrid. (REUTERS/GONZALO FUENTES) |
Dengan datang ke PSG, Messi sudah menjadi tambahan beban bagi klub raksasa Prancis itu. Secara materi ada biaya pengeluaran gaji dan sebagainya, yang mungkin bisa 'dilunasi' dengan pembelian merchandise berupa kaus bertulis nama Messi dan nomor 30 di punggung. Tetapi ada pula beban lain lagi yakni nama besar dan gelar juara.
Sudah sejak beberapa tahun belakangan PSG nafsu mengincar posisi juara Liga Champions setelah tampil berulang kali menjadi kampiun di Prancis. Mengambil Messi dari Barcelona adalah bentuk ikhtiar PSG mengangkat trofi 'Si Kuping Lebar'.
Dengan keberadaan Messi muncul pula anggapan-anggapan yang mengharuskan PSG menjadi penguasa dunia. Messi adalah sebuah merek terkenal yang kadung identik dengan gelar juara.
PSG punya bintang-bintang lapangan hijau lain sebelum Messi datang, namun kadarnya jelas beda dengan La Pulga. Musim ini kiprah PSG begitu dinanti lantaran sosok Messi yang sudah dikontrak dua tahun.
PSG sudah gagal dalam dua turnamen lokal. Kini hanya Liga Prancis dan Liga Champions yang menjadi tumpuan meraih gelar.
Sebelum laga PSG vs Madrid, seorang mantan pemain bernama Jerome Rothen menyebut Messi tidak akan meninggalkan jejak di klub asal ibu kota Prancis tersebut. Menurutnya Messi sudah tidak lagi memiliki kaki yang dulu pernah membawa Barcelona berjaya.
Hanya Messi yang tahu apakah kakinya yang pernah begitu ampuh masih berfungsi dengan baik atau tidak untuk meninggalkan jejak di PSG.
Jika tidak, maka perkataan mantan winger PSG itu benar dan kini Messi sekadar menjadi beban di klub kaya raya.
[Gambas:Video CNN]