Pawang hujan Raden Roro Istiati Wulandari alias Rara mengungkap alasan tidak memakai alas kaki atau nyeker saat melakukan ritual di pitlane Sirkuit Mandalika pada ajang MotoGP Mandalika, Minggu (20/3).
Sambil membawa cawan keemasan dan tidak memakai alas kaki atau nyeker, Roro melakukan ritual di pitlane MotoGP Mandalika saat Sirkuit Mandalika diguyur hujan deras.
Roro mengatakan tidak memakai alas kaki merupakan salah satu syarat yang harus dilakukannya saat menjalani ritual sebagai pawang hujan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kalau sedang ritual tidak boleh memakai alas kaki. Saya harus menyatu dengan alam. Saat ritual saya juga tidak boleh diganggu, nanti bisa merusak rencana," ucap Roro kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/3).
Roro yang merupakan penganut Kejawen, lahir di Papua dan tinggal di Bali ini, mengatakan ada dua corak pawang hujan di Indonesia. Pertama dari corak Islam dan kedua dari corak Hindu.
Roro mengatakan dua corak itu sama-sama ia gunakan. Ia sendiri menerapkan cara dan teknik hindu, sedangkan asistennya melakukannya dengan cara Islam atas izinnya.
Rekam jejak Roro dalam dunia pawang hujan sudah tinggi. Beragam kegiatan olahraga telah ia jalani. Salah satunya adalah Piala Asia U-19 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Roro mengaku juga sempat menjadi pawang hujan saat pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini yang membuat namanya makin diperhitungkan di pentas nasional.
Perempuan berdarah Jawa yang telah menekuni seluk beluk pawang hujan sejak 9 tahun ini mengaku kini tarifnya ratusan juta. Mahal, tetapi menurut Rara sesuai dengan hasilnya.
Live streaming MotoGP Argentina, 3 April, bisa disaksikan melalui CNNIndonesia.com dan siaran langsung di Trans7.
(abs/har)