Lewat Ajang MMA, Gustavo Balart Bertekad Satukan Kembali Keluarga
Malam ini, Gustavo Balart akan menghadapi Yosuke Saruta dalam laga MMA kelas strawweight di Singapore Indoor Stadium dalam ajang bertajuk ONE 156.
Jelang berlaga di ONE: Eersel vs. Sadikovic Jumat (22/4), Gustavo Balart bercerita tentang keinginannya mempersatukan kembali hartanya yang paling berharga. Saat ini, anggota keluarga dari petarung asal Kuba ini terpisah jarak dan waktu.
Bagi sang atlet berjuluk "El Gladiador" itu kemenangan bukan hanya semakin mendekatkan kakinya pada sabuk juara, tetapi juga pada anggota keluarga lainnya.
Balart kecil yang lahir di Santiago de Cuba pada 1987, menyandang status anak broken-home setelah kedua orangtuanya berpisah. Ia tinggal bersama sang ayah dan saudara laki-lakinya.
"Saya berumur 5 tahun ketika orangtuaku bercerai, dan hal itu tidak mudah. Hanya kenyataannya, kedua orangtuaku begitu dekat denganku. Setelah bercerai, ibuku harus pindah ke provinsi lain di Kuba, dan aku tinggal bersama ayahku," ujar Balart pada ONE Championship.
Kendati hidup berpisah dengan sang Ibu, Balart mengaku memiliki hubungan yang baik dengan ibu yang melahirkannya tersebut.
"Saya pribadi memiliki dua ibu. Wanita yang hidup bersama ayahku selama lebih dari 20 tahun ini menyayangiku layaknya ibu pada anak kandungnya. Mereka berdua memberiku cinta dan rasa kasih sayang," sambungnya.
Di luar keluarga, Balart juga sangat menikmati kehidupan di sekolah dan kegiatan ekstra-kurikulernya. Hal itu terbukti dalam kelebihan Balart di olahraga atletik, yang membuat banyak orang tertarik padanya.
Terlebih, semua orang tahu kalau dirinya mengikuti gulat Olimpiade, yang Kemudian menimbulkan respek mereka terhadap Balart.
"Saya memiliki banyak teman karena saya termasuk anak yang keren. Karena saya sangat suka olahraga, saya juga unggul dari teman kebanyakan. Faktanya saya sering disebut sebagai pemimpin ketimbang atlet. Saya dapat mengatakan kalau diriku adalah murid yang berbakat dan juga pintar," kenang Balart.
Sukses Lewat Disiplin Gulat
Sebagai seorang atlet, Balart memang dikaruniai tubuh pendek dengan tinggi 150 sentimeter. Namun, hal itu lantas tak menghalanginya mengejar prestasi sebagai pegulat kelas dunia.
"Saya telah bergulat sejak kecil, berkat ayahku yang merupakan anggota nasional tim Kuba. Itu ada di dalam darahku dan menjadi bagian dalam hidupku sejak saya lahir. Saya bergulat sejak berumur 9 tahun hingga 25 tahun," jelas Balart.
Termotivasi atas dukungan ayahnya, tak perlu waktu lama bagi 'El Gladiador' untuk berprestasi di atas kanvas. Semenjak masuk timnas gulat Kuba, ia telah menyabet sejumlah titel di tingkat nasinal hingga tiga kali Juara Pan American Greco - Roman Wrestling Champion.
"Darah pegulat mengalir dalam darahku, saya adalah atlet alami. Pribadi, saya takut mengecewakan ayahku. Saya ingin dia bangga padaku, dan saya berhasil melakukannya," ucapnya.
Di tingkatan yang lebih bergengsi, Balart berhasil membawa bendera Kuba berkibar di Olimpiade Musim Panas 2012 di London, Inggris. Walau begitu, ia tak silau dan melakukan transisi ke dunia MMA yang terbilang baru untuknya.
"[Berlaga di Olimpiade] adalah mimpi bagi banyak atlet. Banyak orang bermimpi, tapi hanya sedikit yang bisa mencapainya. [Bertransisi ke MMA] merupakan mimpiku," ujar Balart.
Menemukan MMA
Mundur ke belakang, Balart mengaku terinspirasi dari sebuah game MMA yang ia mainkan di Kuba. Adapun sosok Demetrious Johnson ikut ambil andil dalam proses transisinya ke disiplin MMA.
Ketika game Olimpiade London tayang pada 2012, dirinya melihat ONE Flyweight World Grand Prix dan Demetrious Johnson dimahkotai sebagai Juara Turnamen.
"Saya berujar, kalau ini adalah waktuku. Jadi saya mulai berlatih di semua disiplin MMA dan mencoba terbang ke Amerika Serikat," sambungnya.
Demi kariernya di MMA, Balart pun rela berpisah dengan keluarganya dan bergabung dengan sasana American Top Team (ATT) yang tersohor. Namun, pengorbanan itu harus dibuatnya demi kehidupan yang lebih baik.
"Keputusan itu sangat sulit. Ketika saya pergi meninggalkan Kuba, saya juga meninggalkan anak perempuanku yang berumur 5 tahun, anak perempuanku yang berumur 3 tahun dan istriku yang tengah hamil tiga bulan," ujar Balart.
Terlepas dari semua pengorbanan yang dilakukan Balart, nyatanya hari ini dia dapat mendukung semua anggota keluarganya itu - sesuatu yang tak dapat dilakukan olehnya ketika berada di Kuba.
"Namun, semua punya harga. Hari ini aku dapat memberikan banyak hal, tapi aku tak ada di sana untuk memberikan kasih sayang secara langsung. Saya tak dapat mengajari mereka," curhatnya.
Perjalanan awal Balart mencari penghidupan yang lebih baik di Amerika Serikat juga tak lepas dari tantangan. Pada empat bulan awal, ia dan ayahnya harus mengalami ancaman dari perampok, penyelundup dan polisi korup.
"Saya pergi meninggalkan Kuba ke Amerika Serikat pada 28 November 2015. Saya terbang ke Kolombia, beberapa bulan setelahnya saya tiba di Amerika Serikat pada 28 November 2015," kenang Balart.
Menurut Balart, datang ke Amerika lewat jalur tersebut sangat berbahaya. Ada banyak kriminalitas. "Mereka tahu kalau kami adalah orang Kuba yang pergi ke Amerika Serikat dan tahu kami membawa uang. Beruntung kami tidak kenapa-kenapa," sambungnya.
Harapan Boyong Keluarga
Saat ini Balart memang tengah mengasah diri di Florida, Amerika Serikat. Namun, ia tetap menyimpan keinginan untuk membawa keluarganya di Kuba ke Negeri Paman Sam.
Hal itu tetap dipegangnya teguh, khususnya setelah ia bergabung dengan ONE Championship.
"Saya selalu tahu kalau MMA adalah jalan keluar bagiku. Hal itu karena MMA menjanjikan kompensasi, ketenaran dan jalan bagiku untuk pergi dari Kuba. Hal itu juga sekaligus jadi tantangan bagiku. Banyak orang-orang yang tak mendukungku, banyak yang tak percaya kalau aku dapat menjadi atlet yang berlaga di MMA," sambungnya.
Keraguan banyak orang terhadapnya lantas tak membuat dirinya mundur. Balart pribadi juga memiliki banyak pendukung, tak terkecuali ayahnya yang sampai rela ikut bersamanya ke Amerika Serikat.
"Saya sangat fokus untuk membawa keluargaku ke sini secepat mungkin. Dapat menggendong anak perempuanku adalah satu-satunya hal yang kuinginkan," harap Balart.
Bicara soal laganya mendatang, Balart tak hanya berharap dapat mengalahkan sang 'Ninja' Jepang. Namun, juga bonus penampilan senilai US$50.000 (Rp720 juta) demi memboyong keluarganya ke Amerika Serikat.
"Saya ingin mengalahkan lawanku secepat mungkin. Mari kita lihat, apa saya bisa mendapatkan bonus itu. Saya harus menang, mendapatkan uang dan membawa keluargaku ke Amerika Serikat," tegasnya.
(aor)