TESTIMONI

Ardy B Wiranata: Manis Indonesia Open, Getir Perak Olimpiade

Ardy B. Wiranata | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2022 19:00 WIB
Ardy B Wiranata punya kenangan manis di Indonesia Open namun merasakan getir medali perak Olimpiade.
Ardy B. Wiradinata salah satu legenda bulutangkis Indonesia. (AFP/TOMMY CHENG)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejak saya dipercaya masuk Pelatnas PBSI pada 1986, sepertinya saya setiap tahun ikut Indonesia Open. Namun saya baru bisa masuk final pada 1990.

Saat itu saya tak menyangka bisa masuk final, dalam pikiran saya pokoknya saya ingin menang. Sebagai pemain muda, menghadapi senior saya yaitu Eddy Kurniawan yang sering latihan bersama, saya hanya berusaha tampil sebaik mungkin dan ingin menang.

Setelah menang di tahun 1990, saya ternyata bisa kembali menang di Indonesia Open pada 1991 dan 1992 sekaligus menyamai rekor Icuk Sugiarto. Saya tidak tahu hal itu. Dalam pikiran saya, begitu turun di pertandingan, saya harus berusaha semaksimal mungkin, baik itu di Indonesia Open, atau di pertandingan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Indonesia Open 1993 saya kalah dari Alan Budikusuma di babak semifinal. Setelah Olimpiade 1992 saya memang agak menurun.

Usai kalah di situ saya berusaha latihan lebih keras. Porsi latihan saya tambah. Saya berusaha agar persiapan saya lebih baik.

Saya bisa kembali jadi juara Indonesia Open di 1994 dan 1995. Lalu setelah juara Indonesia Open 1997, saya tak lagi ikut edisi 1998. Saya sudah pindah ke Amerika Serikat.

Banner Testimoni

Di final Indonesia Open saya memang lebih sering bertemu Joko Supriyanto. Namun siapapun lawannya, sebenarnya saya tidak terlalu ambil pusing. Saya hanya berusaha mengeluarkan seluruh kemampuan saya untuk meraih kemenangan.

Di tahun 90-an Indonesia Open itu pindah-pindah kota. Namun satu yang pasti, penonton Indonesia Open pasti ramai. Atmosfernya hebat dan suasananya heboh sekali.

Di dalam arena, dulu semua masih boleh, termasuk merokok. Hal itu masih ditambah tidak ada AC. Walaupun ada AC, pasti tidak akan terasa.

Indonesian badminton player Joko Suprianio serves the shuttle to Park Sung Woo of South Korea during the Thomas Cup semi-finals in Hong Kong 24 May. Suprianio won 18-17, 15-1. Indonesian will meet Denmark in the grand finals 26 May.    AFP PHOTO  Thomas CHENG (Photo by Tommy ChENG / AFP)Joko Suprianto jadi lawan yang paling sering dikalahkan Ardy di final Indonesia Open. (AFP/TOMMY CHENG)

Karena itu kondisi panas adalah hal yang mutlak dipersiapkan oleh pemain. Pemain yang tampil di Indonesia Open harus siap panas, harus kuat. Karena di dalam arena panas, dan ada yang merokok juga. Setengah mati juga sebenarnya, hahaha...

Kalau bertemu sesama pemain Indonesia, tentu penonton bakal terbagi dua. Ada yang mendukung saya, ada yang mendukung lawan.

Menurut saya Indonesia Open adalah turnamen yang penting karena turnamen ini digelar di Indonesia, dan sebagai pebulutangkis saya mau coba memberikan yang terbaik.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Getir Perak Olimpiade

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER