Segala drama pada awal musim ini bersama Manchester United membuat reputasi sosok megabintang Cristiano Ronaldo rusak.
Liga Inggris kian mendekati kick off, Manchester United sudah bersiap, dan nasib Ronaldo masih tidak jelas.
Ronaldo masih keras kepala. Keinginan hengkang dari Old Trafford terus dipertahankan pemain yang pernah dibesarkan Man Utd di era Sir Alex Ferguson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasrat Ronaldo tak berjalan mulus. Penolakan demi penolakan datang dari berbagai klub besar yang semula digadang-gadang bakal menggaetnya. Bayern Munchen, Paris Saint-Germain, Chelsea, dan belakangan menyusul Atletico Madrid tak berminat memberi nomor punggung 7 kepada Ronaldo.
Alasan penolakan klub-klub tersebut beragam, mulai dari soal filosofi tim hingga perihal gaji setinggi langit.
Ronaldo melewati separuh lebih masa pramusim. Saat Ronaldo seperti asyik sendiri dengan dunianya, MU di bawah arahan Erik Ten Hag mulai melakukan adaptasi. Perubahan-perubahan coba dijajal di laga uji tanding.
Tanpa Ronaldo, MU mencoba membiasakan gaya pressing ala Ten Hag yang dipadukan dengan permainan sentuhan cepat. Pemain-pemain seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Anthony Martial jadi andalan.
Sejauh ini, berdasar hasil pramusim, pemain-pemain tersebut mampu mengemban tugas sebagai pengampu lini depan Setan Merah. Belum lagi ada Bruno Fernandes dan Christian Eriksen yang dapat diandalkan Ten Hag. Ronaldo dalam ancaman karena bisa kehilangan tempat.
Selain keberadaan pemain-pemain lain yang bisa menjadi ancaman, Ronaldo juga berpotensi dipinggirkan Ten Hag karena gaya main. Dalam catatan statistik, Ronaldo bukan pemain yang suka melakukan pressing. Sementara Ten Hag memainkan sepak bola penuh tekanan.
Jika tak ada klub yang berniat mendatangkannya, Ronaldo akan berada di MU dengan status pemain cadangan. Bukan cara yang bagus bagi sosok elite untuk mengakhiri karier.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>