Jakarta, CNN Indonesia --
Persib Bandung berada di zona degradasi pada awal musim Liga 1 2022/2023 ini. Apa yang salah dengan Maung Bandung sehingga seterpuruk ini?
Ditinjau dari komposisi skuad, Persib sama sekali tak layak di papan bawah klasemen. Dari 28 pemain yang didaftarkan Persib, 17 di antaranya memiliki DNA Timnas Indonesia.
Untuk posisi penjaga gawang ada Teja Paku Alam yang kualitasnya tidak diragukan. Lini pertahanan pun sama sekali tak bisa diremehkan karena ada Victor Igbonefo, Achmad Jufriyanto, hingga Nick Kuipers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lini tengah lebih garang lagi. Marc Klok, Rachmat Irianto, Ricky Kambuaya, hingga Dedi Kusnandar kiranya sudah menggambar bagaimana mewahnya lapisan skuad tim asuhan Robert Rene Alberts ini.
Untuk lini depan, ada Ezra Walian, David da Silva, Ciro Alves, Febri Hariyadi, hingga Frets Butuan. Nama-nama ini sejak musim perdananya tampil di Liga Indonesia sudah menggebrak.
Namun mengapa Persib bisa seterpuruk ini? Jawaban paling mudah yang bisa menjadi alibi adalah badai cedera. Sejak pekan pertama kompetisi Persib tak bisa tampil dengan skuad terbaik.
Ciro, Igbonefo, Kambuaya, dan Febri absen pada laga perdana melawan Bhayangkara FC (24/7). Absennya pemain ini membuat pelatih Robert Alberts mereposisi Irianto sebagai bek tengah dan Zalnando sebagai winger. Dampaknya Persib berbagi angka lewat skor 2-2.
Pertandingan kedua pada 30 Juli di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) yang diharapkan jadi titik kebangkitan malah sebaliknya. Beckham Putra dan kawan-kawan dipermalukan Madura United 1-3.
Memasuki pekan ketiga Febri dan Kambuaya kembali. Namun kehadiran dua pemain ini ternyata tak bisa mengangkat mentalitas tim yang sedang terpuruk. Persib tumbang di hadapan Borneo FC dengan skor1-4 pada 7 Agustus.
Masalahnya, dengan kedalaman skuad yang dimiliki Persib saat ini, absennya beberapa pemain tak bisa dijadikan kambing hitam. Sistem permainan Persib tak sepantasnya seburuk itu.
Jika dilihat sekilas dari tiga pertandingan awal Liga 1 2022/2023, Persib terlalu mengandalkan kualitas individu pemain. Hal ini yang membuat lawan bisa 'menghabisi' si Pangeran Biru.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Musim ini bukan kali pertama Persib mengalami kesulitan pada awal kompetisi. Sejak era Liga Indonesia pada 1994 ada periode lain yang sulit dijalani Persib.
Itu terjadi pada musim 2003. Persib mengawali tiga pertandingan awal musim dengan sekali kalah dan dua kali imbang atau mengumpulkan dua poin. Pada akhir musim Persib berada di peringkat ke-16.
Musim ini perolehan poin Persib lebih buruk dari edisi 2003. Tim asuhan Robert Rene Alberts ini hanya mengumpulkan satu poin dari tiga pertandingan. Ini yang terburuk sejak 1994.
Mengapa bisa demikian? Mari kita lihat dari statistik. Dalam ball possession Persib hanya menang saat melawan Bhayangkara FC, tetapi hasilnya takluk 1-3.
Ternyata, meski dominan menguasai permainan, shoot on target Persib negatif. Dalam laga tersebut tim yang berdiri pada 1923 itu hanya melepas 4 tembakan, berbanding 8 dengan Madura United.
Tak hanya itu, pola serangan Persib lewat sayap tidak efektif. Saat takluk dari Madura United misalnya, ada 22 umpan silang yang diciptakan, tetapi hanya lima yang sukses atau tepat sasaran.
Persoalan lain umpan sukses Persib lebih rendah dari lawan, dan ini kiranya jadi rapor paling kelam. Umpan sukses Persib hanya 229, 119, dan 197 dalam tiga laga awal, yang itu lebih buruk dari lawannya.
Pertanyaan selanjutnya, apakah pemecatan Robert Rene Alberts bisa menjadi solusi? Bisa ya, bisa juga tidak. Biasanya pergantian pelatih membuat nuansa baru yang memberi pencerahan.
[Gambas:Photo CNN]
Pelatih asal Belanda ini sudah bersama Persib sejak musim 2019. Pada musim perdananya di peringkat ke-6, lantas menjadi runner up pada 2021/2022. Performa Persib bersama Albert meningkat.
Pada musim keempatnya, dengan fakta musim kedua yakni 2020 hanya berlangsung tiga pekan, fase kejenuhan mulai mengadang. Jika Alberts bisa membangkitkan semangat juang tim, situasinya bisa berbalik positif.
Pulihnya pemain-pemain kunci dari cedera bisa menjadi momentum pencerahan. Dengan kembalinya pemain-pemain kunci, masalah teknis Persib dan Alberts semestinya teratasi.
Akan tetapi apabila Pangeran Biru masih juga 'bermasalah' hingga pekan kelima dan keenam, sekalipun dengan skuad lengkap, kiranya sudah pantas pelatih 67 tahun ini diistirahatkan.
[Gambas:Video CNN]