Kelakuan buruk suporter Celtic FC jadi sorotan karena dianggap tidak menghormati mendiang Ratu Elizabeth II dalam pertandingan Liga Skotlandia melawan St. Mirren, Minggu (18/9).
Sebelum pertandingan berlangsung, St. Mirren selaku tuan rumah menggelar mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati mendiang Ratu Elizabeth II. Momen itu biasanya berlanjut dengan bertepuk tangan.
Suporter Celtic juga ikut bertepuk tangan. Akan tetapi setelah itu suporter Celtic membentangkan spanduk bertuliskan 'Jika anda membenci keluarga kerajaan tepuk tanganmu' sembari ikut bertepuk tangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suporter Celtic pun tetap bersorak ketika sesi mengheningkan cipta. Berdasarkan pernyataan Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (Scottish FA), setiap pertandingan pekan ini diimbau menempatkan agenda mengheningkan cipta atau mengumandangkan lagu kebangsaan sebelum kick-off pertandingan.
Pemain juga diminta mengenakan gelang hitam selama pertandingan sebagai simbol duka terhadap Ratu Elizabeth II.
Mikrofon di dalam stadion harus dimatikan akibat sikap buruk fans Celtic itu. Komentator pertandingan Ian Crocker menyampaikan permohonan maaf kepada penonton Sky sebagai penyiar resmi Liga Skotlandia usai tindakan yang dilakukan suporter Celtic.
"Kami mohon maaf jika anda tersinggung terhadap apapun yang anda dengar. Banyak orang menunjukkan rasa hormat, sebagian yang lain tidak," ujarnya dikutip CNN.
Saat dikonfirmasi Scottish FA menyebut pihaknya tidak bisa melakukan tindakan tertentu sebagai respons terhadap aksi suporter Celtic.
"Scottish FA, badan yang menaungi sepak bola di negara itu berkata pada CNN bahwa tidak memiliki wewenang terhadap tindakan fan di pertandingan tersebut," tulis CNN.
Meski Celtic FC berbasis di Skotlandia, klub yang berdiri sejak 1887 itu dibentuk dengan tujuan mengakomodasi imigran Irlandia untuk bermain sepak bola. Terdapat irisan sejarah antara Celtic FC dengan sejarah Irlandia dan Kerajaan Inggris.
Irlandia memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris pada 1922 kemudian menjadi negara republik. Ini yang menjadi penyebab tidak sedikit warga Irlandia yang kontra terhadap sistem monarki Inggris.