Jakarta, CNN Indonesia --
Sebanyak sembilan Kongres Luar Biasa (KLB) digelar PSSI dalam satu dekade terakhir. Berikut momen sembilan KLB PSSI tersebut.
Tuntutan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI dari pemilik suara (voter) akhirnya muncul. Persis dan Persebaya menjadi pelopor tuntutan KLB PSSI setelah peristiwa Tragedi Kanjuruhan.
Peristiwa di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 tersebut hingga kini tercatat telah menelan 135 korban meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini pengusutan Tragedi Kanjuruhan masih berjalan. Sudah ada enam orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun demikian banyak pihak merasa tak puas karena hingga kini belum ada tersangka dari pihak PSSI.
Banyak pihak menganggap PSSI gagal dalam menjalankan perannya sebagai federasi sepak bola nasional dalam Tragedi Kanjuruhan. Karena itu tuntutan KLB terus didorong guna membuat perbaikan sepak bola Indonesia.
Berkaca dari sejarah sejak PSSI reinkarnasi pada 1950, sudah belasan KLB digelar. Dari belasan itu, KLB paling sering digelar dalam satu dekade terakhir atau sejak kepemimpinan Nurdin Halid.
Berikut ini adalah sembilan KLB yang pernah diadakan PSSI sejak Nurdin Halid lengser pada 1 April 2011.
1. KLB 20 Mei 2011
FIFA melengserkan Nurdin Halid dari posisi Ketua Umum PSSI pada 1 April 2011. Pada saat yang sama FIFA membentuk Komite Normalisasi. Tim ini dipimpin mantan Ketua Umum PSSI periode 199-2003 Agum Gumelar.
Agum bersama timnya pun menggelar KLB pada 20 Mei 2011 di Hotel Sultan, Jakarta. Namun kongres ini tidak berjalan lancar. Banyak interupsi terjadi dan sebagian pemilik suara hendak melancarkan mosi tidak percaya.
Akar masalahnya adalah muncul nama George Toisutta dan Arifin Panigoro sebagai dua calon Ketua Umum. Ini dianggap tidak memenuhi syarat. Akhirnya kongres terpaksa dihentikan dengan status deadlock dan tanpa hasil.
2. KLB 9 Juli 2011
Kegagalan KLB 11 Mei disikapi Agum dengan menyelenggarakan KLB 9 Juli. Kali ini kongres berlangsung di Solo. Tidak seperti KLB sebelumnya yang kisruh, kali ini kongres berjalan dengan lancar dan tanpa kendala berarti.
Hasilnya, Djohar Arifin Husin terpilih sebagai Ketua Umum dan Farid Rahman sebagai wakil. Pada saat yang sama dipilih sembilan anggota Komite Eksekutif (Exco) yang salah satunya adalah La Nyalla Mattalitti.
Sayangnya ini rupanya jadi babak baru kisruh sepak bola nasional. Masalahnya, Djohar menyebut Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai kompetisi resmi dibanding Indonesia Super League (ISL). Ini pemicu dualisme kompetisi.
3. KLB 9 Desember 2012
Tak hanya dualisme kompetisi, muncul pula federasi tandingan dengan nama Komite Penyelamat Sepak Indonesia (KPSI). Hal ini memicu terbelahnya suara PSSI yang membuat FIFA membentuk Joint Committee (JC).
Pada 9 Desember 2012 PSSI menggelar KLB di Palangkaraya untuk membahas nasib JC dan memorandum of understanding (MoU) dengan KPSI. Pada saat yang sama KPSI menggelar kongres di Jakarta dengan agenda tak jauh berbeda.
Dengan ini konflik dualisme federasi dan kompetisi tak berakhir. Karenanya FIFA kembali mengirim utusan untuk mendamaikan situasi dan kondisi di sepak bola Indonesia yang tak kunjung harmonis.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
4. KLB 17 Maret 2013
Campur tangan FIFA dan AFC ini akhirnya membuahkan hasil. Pada 17 Maret 2013 digelar KLB di Hotel Borobudur, Jakarta. Kongres kali secara spesifik membahas dualisme federasi dan kompetisi yang jadi akar masalah perseteruan.
Dalam kongres ini dihasilkan keputusan KPSI dibubarkan. Sebagai jalan tengah La Nyalla yang jadi pemimpin KPSI didapuk menjadi wakil ketua umum, mendampingi Djohar. Sejumlah anggota yang sempat disanksi PSSI pun diputihkan statusnya.
Dampak dari KLB ini akhirnya LPI dan ISL dilebur. ISL tetap menjadi kompetisi yang diakui PSSI. Namun akar perpecahan belum usai. Sejumlah pengurus PSSI seperti Sihar Sitorus disanksi larangan 10 tahun dari sepak bola.
5. KLB 18 April 2015
Pada 18 April 2015 digelar KLB di Surabaya. Ini merupakan kongres dengan agenda tunggal, yakni pemilihan Ketua Umum dan anggota Exco. KLB ini merupakan amanat dari kongres biasa pada 4 Januari 2015 di Jakarta.
Hasil dari KLB ini adalah La Nyalla Mattalitti terpilih menjadi Ketua Umum. Masalahnya KLB ini tidak direstui Menpora Imam Nahrawi. Beberapa jam sebelum kongres, Imam membuat surat pembekuan organisasi PSSI.
Dengan ini pemerintah tidak mengakui hasil KLB ini. Dampaknya malah runyam. FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan anggota PSSI karena ada intervensi pemerintah. Pembekuan itu diumumkan FIFA dalam kongres pada 30 Mei.
6. KLB 3 Agustus 2016
Setelah sanksi FIFA dicabut pada 13 Mei 2016, pemilik suara PSSI dengan nama Kelompok 85 meminta digelar KLB. PSSI yang sudah kehilangan La Nyalla setelah terjerat kasus hukum terpaksa menggelar KLB.
Dalam KLB di Ancol, Jakarta tersebut Hinca Pandjaitan ditetapkan sebagai pelaksana tugas (plt) Ketua Umum. Amanat yang diberikan ke Hinca adalah untuk segera menggelar kongres pemilihan Ketua Umum.
Pada fase ini hubungan pemerintah sudah mulai membaik. PSSI dan Kemenpora sudah bisa berdiskusi, meski belum terlalu lancar. Hinca dan pengurus PSSI saat itu akhirnya menetapkan KLB sebelum akhir tahun.
7. KLB 10 November 2016
Setelah melewati sejumlah hambatan, akhirnya digelar KLB pada 10 November di Ancol, Jakarta. Dalam kongres ini Edy Rahmayadi, seorang Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menang telak.
Ketika itu Edy menang dengan 76 suara dari total 107 voters. Edy mengalahkan Panglima TNI (Pur) Moeldoko, Edy Rumpoko, juga Kurniawan Dwi Yulianto. Edy akan memimpin PSSI dalam empat tahun, yakni 2016-2020.
Namun ternyata Edy memanfaatkan popularitasnya di PSSI untuk kontestasi politik. Sembari memimpin PSSI ia mendaftar jadi calon Gubernur Sumatera Utara. Hal ini membuat voters PSSI membuat mosi tidak percaya.
8. KLB 27 Juli 2019
Dalam kongres tahunan (biasa) PSSI di Bali pada 20 Januari 2019, Edy menyatakan mundur saat memberi sambutan kongres. Dengan ini Edy tak sampai mendapat pernyataan mosi tidak percaya yang sudah dirancang.
Dengan mundurnya Edy, Wakil Ketua Umum Joko Driyono didapuk menjadi pelaksana tugas (Plt). Namun Joko akhirnya tidak bisa menjalankan tugas, sebab ia ditetapkan sebagai tersangka hukum pengaturan skor oleh polisi.
Ketika itu isu pengaturan skor memang sedang gencar. Karenanya digelar KLB pada 27 Juli pada Januari untuk merevisi statuta, pengesahan revisi kode pemilihan, dan pemilihan anggota Komite Pemilihan serta Komite Banding Pemilihan.
9. KLB 2 November 2019
Pada 2 November 2019 akhirnya digelar KLB di Jakarta. Agenda kongres ini adalah pemilihan ketua umum dan anggota Exco. Mochamad Iriawan, seorang pensiunan polisi terpilih dengan suara mutlak.
Kongres ini dihadiri 85 voters dari 86 orang yang memiliki hak suara. Ini karena satu voters keluar ruang sidang atau walking out (WO). Adapun wakil ketua umum PSSI yang terpilih adalah Cucu Soemantri dan Iwan Budianto.
Kepemimpinan Iriawan sejatinya relatif lancar tanpa isu KLB hingga akhirnya terjadi Tragedi Kanjuruhan. Sejauh ini belum cukup syarat untuk menggelar KLB, tetapi sudah ada surat resmi dari voters ke PSSI.
[Gambas:Video CNN]