Kesuksesan Argentina merengkuh gelar juara Piala Dunia 2022 tidak bisa dilepaskan dari peran tangan dingin pelatih Lionel Scaloni. Pelatih yang mengarsiteki Argentina sejak 2018 itu merupakan pelatih termuda yang tampil di Piala Dunia 2022 Qatar.
Lionel Scaloni, pelatih kelahiran 16 Mei 1978 itu tercatat baru berusia 44 tahun saat menjadi pelatih Argentina di Piala Dunia 2022. Di sisi lain, pelatih tertua dipegang Louis Van Gaal untuk timnas Belanda: 71 tahun.
Scaloni Lahir di sebuah kota kecil bernama Pujato di Provinsi Santa Fe, Argentina. Tiap membicarakan kota kelahirannya, Scaloni selalu menangis. Salah satunya terekam saat wawancara bersama FIFA di sela Piala Dunia 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya terlihat seperti bayi cengeng. Salam untuk semua warga kota, kami berada dalam momen yang tak terlupakan. Mari berharap mereka mendapatkan kegembiraan yang pantas mereka dapatkan...," ujar Scaloni beberapa waktu lalu.
Pemilik nama lengkap Lionel Sebastian Scaloni itu mengawali karier sebagai pemain bola profesional bersama Newell's Old Boy. Sejak awal ia mengambil posisi sebagai pemain bertahan.
Sepanjang kariernya, Scaloni melanglang buana ke sejumlah klub Eropa mulai dari Deportivo La Coruna (1998-2006), West Ham United (2006), Lazio (2006-2013), dan menutup kariernya sebagai pemain di klub Italia, Atalanta pada 2013-2015.
Scaloni memutuskan pensiun pada 2015 dan mulai mengabdikan diri sebagai pelatih. Ia meniti karier sebagai pelatih saat menjadi asisten Jorge Sampaoli di Sevilla pada 2015.
Sempat memimpin skuad Argentina U-21, Scaloni resmi dipercayakan membesut Lionel Messi dan kawan-kawan pada 2018.
Bersama La Albiceleste, Scaloni memecut semangat para penggawa timnas hingga berhasil meraih peringkat ketiga Copa America pada 2019, juara Copa America 2021, juara Finalissima 2022 hingga terakhir mengantarkan Messi mengangkat trofi Piala Dunia 2022 di Qatar.
Scaloni dianggap pelatih bertangan dingin dan adaptif yang mampu dengan cepat mengubah strategi ketika mendapat kebuntuan. Salah satunya saat Argentina kebuntuan usai imbang 3-3 di perpanjangan waktu final Piala Dunia saat menghadapi Prancis.
Di ujung perpanjangan waktu tersebut, Scaloni memasukkan Paulo Dybala yang sudah disiapkan sebagai eksekutor saat Argentina mesti melakoni drama adu penalti.
"Menjadi juara dunia bukanlah sesuatu yang saya rencanakan, tapi kami pantas mendapatkannya," kata Scaloni usai laga final melawan Prancis, seperti dilansir dari laman L'Equipe.
Scaloni lantas memberitahukan kepada para penggemar Argentina untuk menikmati momen bersejarah. Pesta yang dirindukan, usai terakhir kali dilakukan saat mengarak trofi Piala Dunia pada 1986.
"Saya ingin memberi tahu ke orang-orang untuk menikmati, ini adalah momen bersejarah bagi negara kita," jelasnya.