Tiga pengamat sepak bola nasional sepakat Shin Tae Yong (STY) tidak perlu dipecat langsung oleh PSSI setelah gagal Timnas Indonesia di Piala AFF 2022.
Timnas Indonesia kembali gagal meraih gelar juara Piala AFF setelah disingkirkan Vietnam di babak semifinal. Kepastian ini terjadi setelah Indonesia takluk 0-2 pada leg kedua semifinal di Hanoi, Senin (9/1), setelah imbang 0-0 di leg pertama.
Artinya pula 31 tahun sudah Timnas Indonesia tak berprestasi. Gelar prestisius terakhir yang dicapai skuad Garuda adalah medali emas SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya setelah kegagalan ini suara publik terpecah. Ada yang meminta Shin Tae Yong dipecat PSSI, namun ada juga yang berharap dipertahankan.
Muhammad Kusnaeni mengatakan lebih baik PSSI melakukan evaluasi kinerja Shin secara menyeluruh. Harus dikaji antara target dan perkembangan Timnas meski belum ada prestasi.
"Kita memang belum melihat prestasi Timnas yang optimal di tangan STY. Belum menjuarai event apapun. Tapi lihat juga bagaimana perkembangan tim. Bagaimana peningkatan permainan tim," katanya.
"Kalau buat saya, STY masih diperlukan untuk melanjutkan proses pembenahan dan pembangunan Timnas kita, meskipun belum optimal prestasinya," ucap Kusnaeni, Rabu (10/1).
Pengamat sepak bola lainnya, Ma'ruf El Rumi, menyebut PSSI masih punya pekerjaan besar, yakni Piala Dunia U-20 2023. Ajang ini yang layak dijadikan tolok ukur kinerja Shin.
"Untuk kontrak, masa depannya setidaknya sampai Piala Dunia U-20 karena waktu yang mepet. Soal pembicaraan kontrak bisa ditahan dulu," ucap Ma'ruf.
"Selama persiapan U-20, baiknya tim lain diserahkan pada asisten atau siapapun yang bisa ditunjuk untuk menjalankan agenda dua reguler. Sehingga ada fokus dan tidak ada alasan fokus terpecah," katanya.
Sementara Mohammad Yusuf Kurniawan menilai pengurus PSSI saat ini tidak punya wewenang untuk menghentikan kontrak Shin Tae Yong yang akan habis pada 28 Desember 2023.
Ini karena anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI akan segera demisioner seiring dengan akan digelarnya Kongres PSSI untuk pemilihan Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan pada 14 Januari.
"Untuk level senior tidak ada alasan. Kinerja STY di Piala AFF harus dievaluasi. Tidak ada kompetisi karena Tragedi Kanjuruhan tidak boleh menjadi alasan. Ada TC tertutup sebagai ganti," katanya.
"Kalau menurut saya Piala Dunia U-20 dan Piala Asia 2023 kalau berlangsung Juni-Juli, itu tolok ukurnya. Kalau gagal di dua ajang ini, ya terpaksa harus dipecat," ucap Yusuf.
(abs/har)