
Rekam Jejak Klub Indonesia Mundur dari Liga, Harus Siap Degradasi

Arema FC berencana membubarkan skuad dari Liga 1 2022/2023. Langkah mundur dari liga bukanlah yang pertama kali dilakukan di kompetisi sepak bola nasional.
Klub tetangga Singo Edan, Persebaya Surabaya, pernah melakukan ini. Sehari jelang pertandingan babak delapan besar Liga Indonesia 2005 kontra Persija, tim berjuluk Bajul Ijo itu memilih walk out.
Keselamatan suporter menjadi pertimbangan Persebaya kala itu. Akibatnya Persebaya mendapat hukuman berat menyusul keputusan mendadak tersebut.
Komite Disiplin PSSI menyatakan Persebaya bersalah dan memberi sanksi larangan tampil di liga non-amatir selama dua tahun berturut-turut. Selain itu Persebaya juga diminta membayar denda Rp25 juta.
Persebaya mengajukan banding. Setelah proses banding digelar, PSSI akhirnya menurunkan sanksi kepada Persebaya dengan hukuman degradasi ke level Divisi Utama.
Kemudian setahun berikutnya, Liga Indonesia kembali diwarnai aksi klub yang mundur dari kompetisi. PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta merupakan dua pihak yang memutuskan tidak lanjut bersaing di Divisi Utama.
Penyebabnya adalah bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Infrastruktur yang rusak parah memaksa PSS dan PSIM mundur dari Liga Indonesia meski baru berjalan beberapa pekan.
PSS dan PSIM sempat terancam degradasi karena mengundurkan diri. Namun operator liga saat itu, Badan Liga Indonesia (BLI) memutuskan menghapus sistem degradasi pada kompetisi sehingga posisi PSS dan PSIM tidak terjerembab meski berada di papan bawah klasemen.
Langkah-langkah Persebaya, PSS Sleman, dan PSIM Yogyakarta dapat menjadi cerminan bagi Arema FC jika benar-benar mengundurkan diri. Singo Edan harus siap dengan berbagai konsekuensi setelah mengambil keputusan cabut dari kompetisi.
Manajemen Arema FC, pada Senin (30/1), mengumumkan mempertimbangkan untuk bubar seiring situasi yang semakin tak kondusif hingga didemo Aremania pada Minggu (29/1).
(ikw/nva)