Jakarta, CNN Indonesia --
Chico Aura Dwi Wardoyo jadi salah satu pemain yang mencuri perhatian di Indonesia Masters 2023. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Chico.
Chico menunjukkan perjuangan gigih dalam perjalanannya menapak ke partai final. Walaupun di final kalah dari Jonatan, Chico tetap mendapatkan pujian dari banyak pihak.
Performa apik di Indonesia Masters turut mengangkat Chico naik ke posisi 15 dunia. Chico pun makin dekat untuk meramaikan persaingan di papan atas tunggal putra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana pandangan Chico tentang perjalanan kariernya? Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Chico:
Sekarang sudah duduk di peringkat 15 dunia. Bagaimana perasaannya?
Senang bisa masuk 15 besar dunia. Ini ranking tertinggi saya. Ini pencapaian yang tidak mudah bagi saya dan saya bangga sama diri sendiri.
Saya ingin tetap konsisten dan bisa menikmati setiap pertandingan.
Sudah puas dengan performa di Indonesia Masters?
Secara umum sudah puas, sudah bisa mengeluarkan semuanya dan bisa enjoy di lapangan. Kalau yang kurang puasnya sih paling pas gampang kehilangan poin.
Apakah kamu kalah lawan Jonatan Christie karena kehabisan stamina?
Game play saya tidak jalan. Dia lebih baik mengendalikan permainan.
 Chico mengaku strateginya tidak berjalan di final Indonesia Masters. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Kamu terharu di Indonesia Masters. Apakah kamu memang orangnya gampang tersentuh?
Ya, kalau di momen-momen begitu memang mudah tersentuh. Kalau saya kemarin mungkin karena merasakan perjuangan bareng Bang Aboy [Irwansyah] yang melatih sendiri.
Lalu ada yang komentar kurang baik juga di media sosial, yang begitu-begitu. Saya terbayang saat Bang Aboy memegang nomor tunggal sendirian.
Memang bagaimana gambaran Bang Aboy saat sendirian memegang tunggal utama?
Berasa banget kerja kerasnya. Jadi lagi pertandingan juga, karena cuma sendiri, juga memikirkan yang ada di Pelatnas Cipayung.
Jadi fokusnya harus terbagi-bagi.
Selain di Indonesia Masters, kapan lagi kamu merasa bisa mudah terharu?
Momen sama orang tua, tetapi jarang juga menangis.
Berarti kapan kamu menangis sebelum kemarin di Indonesia Masters?
Sudah lama, pas kecil kali ya.
Nonton film enggak pernah nangis?
Saya sukanya film action, makanya bagaimana mau menangis hehehe.
Kamu dan senior kamu seperti Ginting dan Jonatan sebenarnya tidak beda jauh umurnya. Artinya persaingan bakal ketat untuk waktu lama dan bakal ada persaingan yang susah. Bagaimana kamu melihatnya dan apakah merasa terbebani dengan itu?
Senior tentu punya pengalaman lebih, tetapi di latihan tetap dukung satu sama lain. Kalau terbebani sih tidak, malah ada motivasi buat mengejar yang lain.
Berarti target 2024 ingin masuk Olimpiade?
Saya ada target buat ke situ, masuk kualifikasi Olimpiade.
Kamu menaruh hormat pada Jonatan dan Ginting yang saat ini jadi dua tunggal terbaik Indonesia. Namun di sisi lain kamu juga pasti ingin bersaing dengan mereka. Bagaimana perasaan kamu soal itu?
Bagaimana ya, buat persaingan sih aman-aman saja. Bersaing secara sehat. Mereka juga ingin mengejar tujuan mereka kayak Olimpiade. Saya juga mau mengejar sesuatu yang sama, makanya bersaing secara sehat saja.
Mereka juga care sama saya, memberi tahu apa yang kurang untuk saya. Tunggal putra juga kadang-kadang jalan bareng, acara makan bersama.
Persaingan di tunggal putra secara keseluruhan bagaimana?
Sudah merata, tidak ada yang jomplang jauh. Kans menang itu 50-50.
 Chico menyebut Viktor Axelsen punya defense yang rapat. (AFP/MOHD RASFAN) |
Viktor Axelsen jadi lawan yang susah buat banyak pemain. Kamu kan juga termasuk pemain berpostur tinggi sebenarnya. Apa yang sebenarnya bikin susah lawan Axelsen?
Susah, terakhir kali ketemu di Swiss. Saya tinggi 183cm, dia tinggi 196cm.
Mungkin dia punya postur tinggi jadi jangkauannya jauh, defense-nya rapat dan susah untuk dimatikan.
Sebagai pemain yang juga punya postur tinggi, apa yang bisa ditiru dari Axelsen?
Dia punya defense yang lebih rapat. Pikirannya juga lebih tangguh.
Setelah raih medali perak Kejuaraan Dunia Junior, bagaimana kamu menilai perkembangan kamu sebagai pemain hingga 2019?
Mungkin peningkatannya enggak terlalu cepat seperti yang lain. Saya tetap yakin saja walaupun peningkatan agak lambat, tetapi saya harus tetap fokus.
Sempat merasa putus asa di periode 2017-2019 karena peningkatan prestasi yang terbilang pelan?
Kalau down sih enggak karena ada bang Aboy yang kasih motivasi.
Yang paling berkesan kata bang Aboy adalah: "Latihan saja yang bagus terus, nanti tunggu saja hasilnya."
Mulai juara Spain Masters 2021 itu mulai ada peningkatan.
Apa yang dirasakan setelah juara Spain Masters?
Mungkin jadi lebih tenang di lapangan, lebih enjoy juga. Sebelumnya kadang suka tidak bisa keluar dari tekanan. Misalnya musuh ganti pola, saya suka ikut terbawa polanya.
 Chico Aura Dwi Wardoyo saat tampil di Kejuaraan Dunia Junior 2016. (Dok. PBSI) |
Kapan kamu mulai merasa banyak diperhatikan oleh publik?
Enggak tahu juga sih, pas di Spain Masters itu mulai kayaknya.
Followers instagram kamu berarti melonjak drastis?
Ya, hahaha. Sekarang sudah 100 ribu. Sebelum Spain Masters itu baru 10 ribu.
Saat juara Thomas Cup itu sudah di 50 ribu.
Kalau sedang jalan, banyak yang minta foto?
Tidak juga. Tetapi ada saja yang mengajak foto.
Ada yang bully kamu juga di media sosial?
Pastinya ada, apalagi kalau kalah di awal-awal. Paling saya memilih tidak mempedulikannya. Saya lihat muncul di notifikasi, tidak saya baca. Saya tinggal saja kalau ada yang bully.
Baca wawancara selanjutnya di halaman berikut >>>
Chico Aura Dwi Wardoyo. Chico itu cara panggilnya 'Chico', 'Chiko', atau 'Khiko'?
Biasanya dipanggilnya 'Chiko' sih.
Nama kamu Dwi Wardoyo, terus Ester itu nama belakangnya Tri Wardoyo. Berarti kamu punya kakak namanya Eka Wardoyo?
Ya ada. Kakak saya nama belakangnya Eka Wardoyo.
Kamu tumbuh dan besar di mana?
Saya tumbuh dan besar di Papua, saya tinggal di sana. Papa merantau ke Papua, lalu tes Polisi di sana dan akhirnya juga tugas dan penempatan di sana.
Bagaimana bisa jadi atlet badminton? Karena biasanya bakat-bakat muda Papua lebih terkenal di sepak bola?
Awalnya diajak Papa main, karena Papa suka badminton. Papa itu atlet judo tetapi karena risiko cedera di judo itu besar, jadi saya disuruh jadi atlet badminton saja.
Soal judo, saya hanya bisa dasar-dasarnya saja, diajari oleh Papa. Soal badminton, kemampuan Papa juga biasa-biasa saja, tetapi Papa memang suka.
Kalau sepak bola, kamu bisa?
Sepak bola saya bisa juga, tetapi tidak jago. Dari kecil memang tidak minat untuk jadi pemain sepak bola.
Lalu kapan mulai berpikir serius jadi atlet badminton?
Saya pertama masuk klub itu kelas 3 SD di Papua. Cuma main, main, tidak terlalu intens juga. Soalnya saya masih sekolah.
Akhirnya pas SMA kelas 1 saya diajak ke Jakarta oleh teman saya, Gabriela Moningka. Saya coba ikut tes di Exist pada 2013.
Selama di Papua, saya sudah sering juara walau latihan memang tidak intens.
 Saat awal latihan badminton, Chico tidak bisa berlatih intens, hanya tiga kali seminggu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Mulai juara di Papua tahun berapa?
Kelas 5 di 02SN, waktu itu saya ke Jakarta mewakili Papua. Tetapi kalah di grup. Waktu itu kayaknya Aa Ginting dan Koh Jojo juga ikutan.
Tidak tahu siapa yang menang waktu itu, karena setelah kalah saya langsung pulang.
Itu pertama kali saya mewakili Papua di Jakarta. Mulai dari situ, saya tetap latihan seperti biasa, tiga kali seminggu soalnya di Papua fasilitasnya tidak memadai.
Bagaimana awal perjuangan kamu di Exist?
Sejak masuk Exist, saya sudah mulai serius, Papa juga sudah kasih restu. Saya masuk lewat seleksi pribadi di Exist. Waktu itu ada masa percobaan di Exist selama beberapa bulan.
Mungkin waktu itu Exist melihat saya ada potensi soalnya semangat saya tinggi.
Di awal, saya lawan pemain putri juga kalah. Setelah itu, latihan awal saya digabung tim putri dulu. Hal itu berlangsung kira-kira 3-4 bulan
Waktu itu saya tidak merasa down, tetapi justru jadi motivasi.
Masuk 2013 tetapi 2016 sudah dapat perak Kejuaraan Dunia Junior. Perkembangan kamu berarti cepat?
Pastinya saya mencoba untuk lebih serius dalam latihan dan ada juga tambahan-tambahan latihan. Tiga bulan di Exist itu baru terasa ada peningkatan.
Saya bisa juara di Jakarta Utara dan akhirnya masuk regu putra.
Merantau di usia muda dan jauh dari orang tua. Bagaimana rasanya?
Rasanya... mau bagaimana lagi, paling pulangnya itu dua tahun sekali. Orang tua juga tidak menengok. Karena saat sudah di Jakarta, saya sudah punya tekad juara.
Ketika saya mau coba masuk Exist, orang tua berpesan: "Ya sudah coba saja, jangan main-main dan latihan serius. Yang penting sholat jangan ditinggal."
Tak pernah menangis saat awal jauh dari orang tua?
Enggak, memang saya termasuk kuat kalau jauh dari orang tua.
Apa yang bikin kangen rumah?
Makanan buat Mama, Mama suka bikin ayam ungkep begitu. Kalau saya pulang, pasti bikin.
Sekarang pulang ke rumah setahun sekali pas Natalan karena libur agak lama. Kalau pas Lebaran itu biasanya ada kejuaraan.
Apa yang paling dikenang dari Kejuaraan Dunia Junior 2016?
Itu pencapaian bagus buat saya, bisa masuk skuad Indonesia. Dapat medali perak, mungkin memang belum rezeki saja untuk mendapat emas, tetap bersyukur.
 Chico, Irwansyah, dan Jonatan seusai final Indonesia Masters 2023. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) |
Apa yang masih diingat dari kekalahan di final Kejuaraan Dunia Junior?
Saya agak buru-buru di gim pertama, tiba-tiba langsung selesai saja pertandingan, begitu.
Siapa pemain idola kamu?
Dari kecil itu Taufik Hidayat. Dia pemain yang skillful dan entertaining dan saya suka banget. Lihat Taufik Hidayat main, dia itu pemain yang luwes dan tenang.
Lalu kapan akhirnya bisa jumpa Taufik Hidayat secara langsung pertama kali?
Pas ada acara makan tunggal putra di Pelatnas Cipayung. Pas saya main di Sirkuit Nasional itu belum pernah ketemu. Pertama kali ketemu, saya senang.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Pelatnas. Apa yang kamu pikirkan?
Itu adalah mimpi yang sudah lama akhirnya terwujud.
Saat malam pertama tidur di Pelatnas Cipayung, sempat tidak bisa tidur. Karena masih senang masuk Pelatnas. Sama saya juga memikirkan besok bagaimana ya saat latihan...
Di Pelatnas juga ada adik kamu. Bagaimana rasanya dan apakah kamu jadi kerepotan karena misalnya harus ikut menenangkan Ester yang mungkin sedang rindu rumah?
Pastinya bangga juga bisa ada kakak beradik di Pelatnas. Suatu kebanggaan buat saya jadi saya juga bisa bantu latihan bareng.
Kalau soal kangen, kayaknya dia enggak kangen hahaha..
Soalnya pas dia pindah ke Jakarta, dia juga masih sama Mama. Jadi Mama ikut ke Jakarta saat dia ke sini. Jadi kayaknya dia enggak begitu kaget.
Komunikasi dengan adik di Pelatnas Cipayung apakah berarti setiap hari?
Enggak juga, cuma dari chat saja. Kalau ada yang diomongin baru ngobrol. Kadang kalau papasan ya cuma tegur sapa saja hahaha.
 Ester Nurumi Tri Wardoyo merupakan adik dari Chico Aura Dwi Wardoyo. (Arsip PBSI) |
Bagaimana mengatasi kejenuhan di tengah hiruk pikuk kesibukan sebagai anggota Pelatnas Cipayung yang kesehariannya di asrama?
Kalau saya sih paling main musik di kamar, itu sudah mengobati jenuh. Juga nonton film.
Katanya kamu suka Naruto?
Ya, dari kecil waktu itu di Papua ada komik doang, belum ada anime. Saya harus nunggu beberapa minggu untuk bisa baca komiknya.
Saya menyimak Naruto sampai tamat, namun di akhir saya lebih nonton anime-nya, tidak lagi baca komiknya.
Karater yang paling saya suka itu Naruto. Karena Naruto itu orang yang enggak digadang-gadang jago tetapi bisa jadi pahlawan.
Selain Naruto, tidak ada lagi komik yang saya suka. Naruto doang.
Ada video permainan kamu yang kamu tonton terus?
Paling yang di Malaysia Masters 2022. Itu peak performance menurut saya.
Bagaimana badminton di Papua menurut kamu? Apakah banyak talenta yang bagus?
Pastinya banyak yang bagus, cuma terlambat untuk ke Jakarta karena di sana sedikit pertandingannya. Mereka kalah di jam terbang pertandingan.
[Gambas:Video CNN]