Dua ganda campuran Indonesia, Rehan Naufal/Lisa Ayu dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas, rindu sosok senior di pelatihan nasional (pelatnas) PBSI.
Absennya pemain senior berpengalaman yang bisa mengatrol performa dirasakan dua pasangan di peringkat 20 besar dunia ini menjelang All England 2023. Selain kehilangan sosok senior, sosok pelatih juga terus berganti.
Saat ini Rinov/Pitha dan Rehan/Lisa sama-sama berusia 23. Mengacu peringkat dunia BWF, Rinov/Pitha di urutan kesembilan, sedangkan Rehan/Lisa ada di tangga ke-13.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi di ganda campuran terbilang tidak ideal jika dibanding nomor lain. Untuk tunggal putra misalnya ada Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting yang berperingkat dua dan tiga dunia.
Ganda putra lebih garang, selain ada pasangan nomor satu dunia Fajar Alfian/Rian Ardianto, ada senior kaya pengalaman macam Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.
Dari ganda putri, ada pasangan Apriyadi Rahayu/Siti Fadia Ramadhanti yang kini di peringkat kelima dunia. Kehadiran Apriyani, peraih medali emas Olimpiade Tokyo, memberi dampak besar.
Situasi ganda campuran hampir mirip tunggal putri. Gregoria Mariska Tunjung, 23 tahun, yang memimpin adik-adiknya seperti Putri Kusuma Wardani dan Komang Ayu Cahya Dewi.
Kendati demikian Rinov tak ingin menyerah pada keadaan. Sebagai pasangan yang diandalkan dan diharapkan bisa menjadi pembimbing bagi yang lebih muda, pilihannya hanya berlatih keras.
"Paling kalau dibenahi itu dari segi pengalaman. Ya, paling itu paling pengaruh. Pengalaman itu kan bisa dilawan dengan kekuatan. Jadi kita harus bisa kerja ekstra," kata Rinov, Selasa (7/3).
"Kalau ada senior di sini kita tahu standarnya di mana, kita juga sparring-nya standar di mana. Pentingnya di situ, karena badminton itu teknik. Cuma kita tidak bisa menyalahkan keadaan."
Adapun Rehan/Phita memilih menambah porsi latihan untuk mengisi kekosongan sosok senior. Situasi di nomor lain yang terbilang lebih ideal tak ingin dijadikan keluhan untuk menyerah.
"Kalau di ganda putra kan ranking satu duanya ada di sini. Enak. Mau latihan pun pasti ngikut. Ngikut yang atasnya. Nah, kita kan di sini masih junior semua. Masih kecil semua," kata Rehan.
"Jadi tambahan sendiri sama partner. Tambahan sendiri itu tidak harus capek-capek, tapi inti-intinya saja. Misalkan saya lemah di mana, itu saja yang ditambahin," ujarnya.
Dengan latar belakang itu, kedua pasangan ini tak mematok target tinggi di All England 2023. Mereka berpikir realistis sambil berusaha sebaik mungkin menggapai posisi terbaik.
Mengenai hal ini PBSI tak tinggal diam. Kekosongan pelatih di sektor ganda campuran, setelah Nova Widianto mundur, akan segera diisi. Targetnya sebelum road to Olimpiade sudah terisi.
"Sudah ada calon, tapi kan masih kita wawancara dulu. Jangan sampai kayak kemarin tiba-tiba [mundur]. Kita cari belakang-belakangnya yang jelas," ucap Kabid Binpres PBSI Rionny Mainaky.