Kerusuhan antarsuporter yang mewarnai pertandingan PSIS Semarang melawan PSS Sleman di Stadion Jatidiri Semarang pada Minggu (2/4) lalu, akhirnya berujung pemberian sanksi.
Sanksi terberat diberikan kepada Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) PSIS Danur Rispriyanto yang menurut hasil rapat Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dianggap gagal mengantisipasi terjadinya keributan dan masuknya suporter ke lapangan.
Atas kegagalannya ini Danur mendapat sanksi dilarang terlibat beraktivitas di Liga 1 musim depan serta denda sebesar Rp20 juta.
Sanksi ini diterima Danur dengan legawa dan lapang dada. Danur hanya kecewa karena tidak diberikan ruang dan kesempatan untuk melakukan klarifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siap dengan sanksi apapun, ini sudah resiko saya mendapat amanah menjadi Panpel. Hanya saja, kenapa sebelum sanksi diberikan, saya tidak diberi kesempatan untuk klarifikasi dulu", ujar Danur kepada CNN Indonesia, Minggu (16/4).
Danur menjelaskan bila pihaknya selama ini sudah berupaya maksimal menjalankan tugas Panpel PSIS secara baik sehingga terus berkoordinasi dengan semua pihak sejak dua pekan sebelum pertandingan.
"Saya pasti jauh hari, 10 sampai 14 hari sebelum hari H selalu saya koordinasikan semua ke pihak-pihak terkait. Rakor dengan kedua manajemen tim, baik PSIS dan PSS, berikut perwakilan kelompok suporter kedua tim dan pastinya di hadapan aparat Kepolisian. Semua berkomitmen untuk saling berjaga. Namun saat di lapangan bila ada insiden-insiden kecil ya sebenarnya harus dimaklumi karena tidak mungkin kita mengawasi semua satu per satu penonton atau suporter," kata Danur.
Menurut Danur, sanksi dari Komdis PSSI merupakan 'buah' dari keberanian dirinya menggelar pertandingan dengan menerima suporter tim lawan sebagai penonton.
"Sekali lagi ini risiko untuk saya yang mungkin terlalu berani. Saya berani membuka menerima suporter lawan untuk datang menonton dengan kuota 1.000 sampai 1.500 orang. Tidak hanya dengan PSS, saat melawan Persebaya dan Persib yang bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan juga saya beranikan untuk pertandingan tetap digelar di Semarang, tempat PSIS berada. Padahal saya minta agar digelar di luar Kota Semarang," ucap Danur.
Ini artinya apa, ada niatan baik saya untuk menjadikan sepak bola Indonesia, bukanlah tontonan yang horor dan menakutkan. Kalau ada insiden kecil, itu dinamikanya, yang pasti, pertandingan terus berjalan sampai selesai dengan aman. Ini indikator utamanya," kata Danur menambahkan.
Danur berharap sanksi yang diterimanya tidak memicu ketakutan atau kekhawatiran orang lain untuk menerima tugas sebagai Panpel sepak bola.
"Saya khawatirnya, sanksi ini nanti membuat orang takut kalau ditunjuk jadi Panpel. Semoga ini jadi pembelajaran semua," kata Danur.
Selain kepada, Danur, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memberikan sanksi denda kepada kedua tim. PSIS dan PSS, masing-masing senilai Rp75 juta karena masing-masing suporter melakukan pelemparan dan memasuki area lapangan.
Seperti diketahui, Laga pertandingan Liga 1 antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman yang digelar di Stadion Jatidiri Semarang pada Minggu (2/4) malam diwarnai keributan.
Dua kubu suporter terlibat saling lempar sehingga mempengaruhi suasana pertandingan. Akibat insiden itu pertandingan dihentikan beberapa menit jelang babak pertama usai dengan kedudukan skor 2-2. Setelah laga dilanjutkan, PSIS menang 5-2.
(sry/dmr/sry)