Bulan puasa tak jadi halangan bagi tunggal putra Indonesia Chico Aura Dwi Wardoyo untuk mengemban tanggung jawab sebagai atlet. Rindu pada keluarga pun harus dilawan.
Chico pertama kali melawan rasa kangen terhadap rumah ketika usianya masih belia, 15 tahun. Kala itu dirinya merantau dari Jayapura, Papua, ke Jakarta ketika bergabung dengan PB Exist pada 2013.
"Pas ke Jakarta ketika masuk klub Exist tahun 2013. Kesan pertama pastinya karena baru jauh dari orang tua, rasanya beda banget. Sedih sih enggak, cuma kangen saja sama keluarga. Untuk mengobati kangen paling cuma bisa telepon," kata Chico.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjalani puasa dalam sesi latihan pun bukan perkara mudah bagi atlet 24 tahun itu. Setelah masuk Pelatnas pada 2015 lalu, dirinya harus menjalani program latihan berat dengan pola yang jauh berbeda dengan klub.
"Puasa terasa lebih berat karena di pelatnas enggak ada perubahan pola latihan. Kalau di klub ada. Kalau di klub itu pagi hari latihan teknik dan latihan sore [jelang buka] baru bagian latihan yang berat," ucap Erick menambahkan.
Chico mengaku berusaha keras untuk tetap berpuasa saat menjalani latihan. Namun, Chico sedikit kesulitan untuk bisa berpuasa ketika menjalani turnamen badminton.
"Itu pas badminton Asia tahun lalu. Pertimbangan menyesuaikan [enggak puasa] itu dari fisik, karena enggak ada yang masuk makanan dan minuman. Pas latihan saja [berusaha puasa], siasatnya paling saat sahurnya harus lebih bernutrisi, terus ditambah vitamin juga," ucap Chico.
Memori lain yang diingat atlet 24 tahun itu adalah kegiatan bulan Ramadhan semasa kecil. Sebab setelah menjadi atlet, seluruh aktivitasnya pun berubah 180 derajat.
"Waktu di Papua main [petasan], perang sarung juga. Setelah jadi atlet, sudah enggak pernah lagi. Itu yang dikangenin. Setelah jadi atlet sudah benar-benar enggak pernah lagi begitu," ucapnya.
Di satu sisi, Chico merasa beruntung karena bertemu dengan sesama atlet di Pelatnas sehingga suasana Ramadhan tetap hidup. Tarawih dan sahur bersama jadi kegiatan sehari-hari atlet tepok bulu unggulan di Cipayung selama bulan Ramadan.
"Ada tarawih sama anak-anak [sesama atlet], terus sahur bareng meski bangun sendiri-sendiri," ujar dia.
(har/ikw/har)