Atlet-atlet Indonesia dari cabang olahraga Kun Bokator telah menyumbang dua emas di SEA Games 2023. Apa itu Kun Bokator?
Dari sejumlah artikel media Kamboja, seperti Phnom Penh Post dan Khmer Times, disebutkan Kun Bokator telah ada lebih dari 1000 tahun lalu. Seni beladiri ini telah ada sejak kerajaan Khmer.
Disebutkan bahwa Bokator dikembangkan sebagai sistem pertempuran tentara Khmer. Beladiri ini fokus pada kekuatan serangan tinju, siku, tendangan lutut, bantingan, serta kuncian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unesco menyebut Kun Bokator sebagai seni beladiri yang bertujuan mengembangkan kekuatan mental dan fisik serta disiplin para praktisinya melalui teknik pertahanan diri dengan filosofi tanpa kekerasan.
Pada 2022 Unesco secara resmi memasukkan Kun Bokator sebagai warisan budaya tak benda Kamboja. Ini dilakukan UNESCO karena Kun Bokator punya pengaruh besar di sejarah Kamboja.
Namun Bokator sempat dinyatakan hampir punah. Ini karena banyak guru dan murid Kun Bokator yang meninggal selama masa genosida rezim Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot.
Secara linguistik dalam bahasa Khmer, Kun Bokator berarti 'menghajar singa'. Beladiri ini hampir mirip dengan Muay Thai dari Thailand dan Pencak Silat yang berkembang di Indonesia.
Salah satu tokoh yang mengangkat nama Kun Bokator ke pentas dunia adalah Tharoth Sam. Kini, Kun Bokator sering didalami anak-anak muda Kamboja yang hendak terjun ke dunia mix martial arts (MMA).
Seiring dengan dipertandingkannya Kun Bokator di SEA Games 2023, setelah seni beladiri Vovinam dari Vietnam masuk di SEA Games 2021, Indonesia mulai memilih para atlet sejak 2022.
Mayoritas atlet yang dipilih adalah pelaku seni beladiri dari berbagai cabang. Pelatih yang bertugas melakukan seleksi itu adalah Agus Nanang Sunarya didampingi pelatih asal Kamboja, Someeng dan Eung.
Dalam pandangan Agus, dilansir dari Antara, atlet Indonesia tak terlalu kesulitan beradaptasi dengan Kun Bokator. Itu mengapa atlet Indonesia bisa menyumbang medali dari cabang ini.