Putra Permata Tegar Idaman
Putra Permata Tegar Idaman
Menggemari bulutangkis dan mengagumi Roberto Baggio sejak kecil. Pernah bekerja di harian Top Skor dan Jakarta Globe. Kini menjadi penulis di kanal olahraga CNN Indonesia

Bapak, Timnas Indonesia Juara SEA Games...

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2023 10:05 WIB
Timnas Indonesia kembali berhasil menjadi juara SEA Games setelah 32 tahun berlalu. Ada pengandaian dan bayangan-bayangan yang meliputi momen kebahagiaan.
Timnas Indonesia berhasil merebut medali emas SEA Games. (REUTERS/CHALINEE THIRASUPA)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --

Yang paling menyesakkan dari kematian orang tersayang bukanlah hari pertama kita kehilangan, melainkan hari-hari berikutnya yang datang.

Rasa sesak itu tak melulu datang dan berkaitan dengan kesedihan, melainkan juga bisa datang saat momen kebahagiaan.

Rasa sesak itu bukan selalu perkara tentang peristiwa-peristiwa besar. Melainkan juga hal-hal kecil yang membuat kita mengingat kenangan-kenangan orang yang telah berpulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekadar makan martabak favorit dari tukang martabak langganan, kadang rasa sesak mengenang yang telah berpulang itu bakal datang. Peristiwa dan kenangan-kenangan kecil itu saja punya potensi besar untuk menghadirkan rasa sesak, apalagi peristiwa dengan urgensi yang lebih besar dalam kehidupan orang-orang yang ditinggalkan.

Sesak di dada itu biasanya diiringi oleh pengandaian dan kalimat: "Coba kalau orangnya masih ada, pasti nanti begini, begini, begini..."

Bapak saya adalah penggemar sepak bola, utamanya Timnas Indonesia. Di rumah, Ibu adalah penguasa channel TV, bahkan sebelum TV milik kami memiliki remote. Tetapi Bapak selalu punya hak istimewa setiap Timnas Indonesia berlaga.

Di momen-momen Timnas Indonesia berlaga itulah, Bapak berkuasa penuh atas TV di ruang keluarga. Dari sanalah, cerita-cerita tentang kejayaan Timnas Indonesia mengalir.

Southeast Asian Games - Football - Men's Final - Indonesia v Thailand - Olympic National Stadium, Phnom Penh, Cambodia - May 16, 2023 Indonesia's Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi in action with Thailand's Chayapipat Supunpasuch REUTERS/Chalinee ThirasupaTimnas Indonesia menjalani duel sengit lawan Thailand di final SEA Games. (REUTERS/CHALINEE THIRASUPA)

Bapak bercerita tentang pemain-pemain hebat dari era sebelumnya. Lalu sebagai penutup kisah manis, kisah emas SEA Games 1991 selalu diceritakan.

Lantaran mulai aktif menonton Timnas Indonesia bersama Bapak, nama-nama seperti Eri Irianto, Ansyari Lubis, Fachri Husaini, Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Widodo Cahyono Putro, Aples Tecuari, Ronny Wabia, Indriyanto Nugroho, dan lain-lain kemudian nama-nama yang akrab ditelinga.

Saya ingat, saya tertawa bahagia bersama Bapak melihat Timnas Indonesia melumat Kamboja 10-0 di Piala Tiger. Saya ingat, saya kagum luar biasa melihat Widodo Cahyono Putro melepaskan tendangan salto di Piala Asia.

Namun alur sebagai penonton Timnas Indonesia itu selalu sama. Bahagia di awal turnamen, kemudian ketika turnamen berakhir yang tersisa hanya luka dan duka.

Final SEA Games 1997, saya hanya terpana di depan televisi ketika Indonesia kalah adu penalti. Lalu tahun ke tahun berlalu, kegagalan malah jadi hal yang familiar.

Saat saya optimistis bisa menang lawan Singapura di final Piala Tiger 2004, saat itu harapan kembali dibenturkan kenyataan mengecewakan. Alhasil, hubungan saya dengan Timnas Indonesia seperti kesal namun selalu berharap.

Namun tiap kali berharap, tiap itu pula harapan dijatuhkan dan alhasil rasa kesal yang datang. Saya pun tidak terlalu mengikuti perjalanan Timnas Indonesia dan sepak bola Indonesia seaktif sebelumnya, hanya bila Timnas Indonesia berlaga di Piala AFF, SEA Games, atau Piala Asia.

Beda dengan saya, Bapak masih setia menanti perkembangan sepak bola Indonesia dengan antusias di hadapan televisi di ruang keluarga. Bapak bisa hafal nama-nama pemain muda yang sedang mengkilap di Liga Indonesia dan diyakini dipanggil masuk tim nasional di masa depan.

Ketika saya sudah bekerja di TopSkor dan ditempatkan di desk olahraga non sepak bola, status saya sebagai wartawan tak membantu saya bisa jadi teman diskusi yang seimbang dengan Bapak.

Saya jarang membaca berita-berita sepak bola nasional dan bahkan Bapak yang malah memberikan koreksi bila ada berita sepak bola nasional, mulai dari salah ketik hingga ada salah informasi.

Pesepak bola Timnas Indonesia U-22 berselebrasi bersama suporter usai menundukkan Thailand pada pertandingan final SEA Games 2023 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023). Indonesia berhasil meraih medali emas usai mengalahkan Thailand 5-2. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.Final SEA Games 2023 antara Indonesia dengan Thailand sult ditebak alurnya sepanjang laga. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Saat SEA Games 2011 berlangsung, saya menyempatkan diri menonton di Gelora Bung Karno karena tugas liputan cabor SEA Games lainnya telah usai. Di tengah gegap gempita pendukung, harus ada kecewa yang kembali ditelan karena Indonesia kalah dari Malaysia.

"Kalah ya Mas." Begitu kata Bapak setelah saya pulang ke rumah. Padahal saya tahu Bapak tentu juga menelan kecewa di depan layar kaca di tengah ruang keluarga.

Saat Timnas Indonesia U-19 di bawah arahan Indra Sjafri bisa juara Piala AFF U-19, Bapak ikut bercerita gembira dan larut dalam euforia. 'Kemenangan kecil' itu terasa membahagiakan untuk Bapak dan juga mungkin banyak suporter Indonesia lainnya yang sudah rindu kemenangan.

Saat Bapak pulang kampung ke Magelang, aktivitas nonton Timnas Indonesia juga tak lantas luntur begitu saja. Walau TV di rumah Magelang selalu diacak setiap siaran sepak bola, karena menggunakan parabola dan antena biasa tidak bisa menangkap siaran meskipun sudah dipasang begitu rupa, Bapak seringkali rela menyempatkan diri pergi ke terminal untuk nonton bareng ketika Timnas Indonesia berlaga.

Mengingat semua kenangan-kenangan itu, ada rasa sesak yang justru menghampiri ketika nuansa bahagia hadir saat Timnas Indonesia memastikan raihan emas SEA Games 2023.

Momen ini jelas momen bahagia karena emas ini sudah dinanti 32 tahun lamanya. Bagi penonton dan penggemar Timnas Indonesia seangkatan saya, emas SEA Games bisa jadi kejayaan besar pertama yang bisa dikecap setelah sebelumnya kita akrab dengan kegagalan demi kegagalan Timnas Indonesia yang terus disesap.

Bersama Bapak, saya pun tidak punya kesempatan melihat Timnas Indonesia berkalung medali juara. Karena itulah, bayangan-bayangan pengandaian hadir di saat momen Timnas Indonesia jadi yang terbaik pada SEA Games 2023 di Kamboja.

Southeast Asian Games - Football - Men's Final - Indonesia v Thailand - Olympic National Stadium, Phnom Penh, Cambodia - May 16, 2023 Indonesia's Muhammad Ramadhan Sananta and Ananda Raehan Alief celebrate after winning the match REUTERS/Chalinee ThirasupaTimnas Indonesia kembali berhasil meraih medali emas SEA Games setelah 32 tahun. (REUTERS/CHALINEE THIRASUPA)

Di momen ini saya membayangkan Bapak masih berada di depan televisi di depan ruang keluarga. Bersorak ketika Ramadhan Sananta mencetak gol pertama, lalu makin gembira ketika Sananta membukukan gol kedua.

Lalu bayangan beralih dengan adegan Bapak misuh-misuh dalam monolog melihat kegembiraan Indra Sjafri dan para pemain ternyata semu karena peluit yang berbunyi bukan peluit akhir pertandingan. Makin celaka karena Thailand bisa mencetak gol penyama kedudukan.

Pengandaian lalu berlanjut pada bayangan tentang Bapak yang bakal berwajah tegang saat pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu, mungkin sambil menyesalkan peluang-peluang yang telah lewat atau kesalahan yang dibuat.

Dalam situasi menegangkan, saya lalu membayangkan Bapak bersorak gembira bahkan berjoget-joget di akhir pertandingan lantaran Timnas Indonesia secara luar biasa mencetak tiga gol tambahan di masa perpanjangan waktu.

Timnas Indonesia akhirnya kembali meraih emas SEA Games!

Bapak bisa nonton dari sana?

(har)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER