Pelatih PSM Makassar Bernardo Tavares memberikan komentar keras setelah tiga pemainnya menjadi korban rasialisme usai duel melawan Persija Jakarta, Senin (3/7).
Erwin Gutawa, Yance Sayuri, dan Yuran Fernandes adalah tiga pemain yang jadi korban rasialisme di media sosial.
Ketiga pemain tersebut mengambil langkah hukum untuk menyelesaikan kasus tersebut. Kasus rasialisme ini juga membuka suara Bernardo Tavares.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam sepak bola ada menang, kalah, dan seri. Tapi apa yang tidak [bisa] dihilangkan adalah rasis. Jadi tolong hargai dan respek kepada pemain PSM Makassar," kata Tavares dalam konferensi pers jelang lawan Dewa United di Parepare, Jumat (7/7).
Tavares menuturkan sepak bola dibangun berlandaskan pada rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain dalam setiap klub yang ada di Indonesia.
"Kita harus respek satu sama lain, kalau tidak memberikan respek apalah arti olahraga ini, karena semua berlandaskan respek," tutur pelatih asal Portugal tersebut.
Pelatih 43 tahun itu menilai sepak bola semestinya bisa dinikmati semua orang. Meski dalam setiap laga berlangsung dengan intensitas yang cukup tinggi, namun saling menghargai satu sama lain harus dijunjung.
"Sepak bola seharusnya bisa kita nikmati, bukan malah peperangan di dalam maupun di luar lapangan. Jadi kita harus respek satu sama lain," ujar Tavares.
Sementara terkait pemain PSM yang diklaim sering tergeletak di lapangan pada saat melawan Persija, Tavares mengatakan hal itu jadi kebijakan wasit untuk menghentikan pertandingan dan melakukan pemeriksaan kepada pemain yang bersangkutan
"Normal kalau intensitas tinggi dalam pertandingan dan pemain tergeletak, kalau wasit melihat itu hal serius, tidak masalah kalau memberikan waktu lebih pada saat injury time 10 menit, 20 menit, tidak apa-apa tapi pada saat pemain ada tergeletak wasit harus mengecek hal tersebut," ucap Tavares.