Jakarta, CNN Indonesia --
Greysia Polii mengungkapkan kronologi momen terkena kartu hitam dan didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012.
Greysia jadi salah satu atlet yang punya jalan karier penuh liku. Sebelum jadi juara Olimpiade 2020, Greysia sempat terlibat insiden kartu hitam yang membuat dirinya didiskualifikasi dari Olimpiade 2012.
Saat itu Greysia berpasangan dengan Meiliana Jauhari. Selain Greysia/Meiliana, pemain lain yang terkena diskualifikasi adalah Wang Xiaoli/Yu Yang dari China dan dua pasangan asal Korea Selatan yaitu Jung Kyung Eun/Kim Ha Na, dan Ha Jung Eun/Kim Min Jung. BWF menyebut empat pasang tersebut tidak menggunakan usaha terbaik mereka untuk memenangi pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu kami sangat terpukul sekali. Sistem yang seharusnya jadi sebuah keuntungan buat kami malah pada akhirnya jadi suatu hal yang merugikan kami," ucap Greysia di Jakarta, Rabu (2/8).
Momen kelabu itu awalnya bisa ditarik dari momen saat Tian Qing/Zhao Yunlei kalah dari Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen pada sesi pertandingan pagi. Kekalahan itu membuat Tian/Zhao jadi runner-up grup D.
Di sesi sore, kemudian dipertandingkan duel Wang/Yu lawan Jung/Kim. Wang/Yu dan Jung/Kim sama-sama sudah mengantongi dua kemenangan sehingga duel mereka menentukan posisi juara grup dan runner-up grup.
Andai Wang/Yu menang dan jadi juara grup, mereka akan berada di blok yang sama dengan Tian/Zhao. Karena saat itu format knock-out sudah ditentukan posisinya dan tidak lagi dilaksanakan drawing.
"Saya sadar pas pagi. Pas Tian/Zhao kalah karena saat itu kan China sepertinya mau ambisi All Chinese Final. Otomatis ketika lihat Wang/Yu lawan Jung/Kim buang-buang bola, seperti tidak mau main, tidak sportif. Dari situ, kita berpikir kok mereka mainnya seperti itu. Jangan-jangan Wang/Yu disuruh mengalah supaya tidak bertemu Tian/Zhao."
"Prasangka terjadi. Saya, Meiliana, dan Koh Paulus Firman (pelatih ganda putri) bilang China dan Korea kok bisa kayak gitu," tutur Greysia.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Greysia/Meiliana dan Ha/Kim ada di grup B. Keduanya juga sudah sama-sama mengantongi tiket perempat final dan tinggal bertarung memperebutkan posisi juara grup.
Di atas kertas, Wang/Yu adalah ganda putri terbaik di dunia saat itu. Bila Wang/Yu menang dan jadi juara grup A, otomatis Greysia/Meiliana dan Ha/Kim akan berupaya mati-matian memenangi pertandingan agar terhindar dari duel lawan Wang/Yu di perempat final.
Namun kemudian yang terjadi adalah Wang/Yu berstatus runner-up grup B. Alhasil, juara grup B alias pemenang duel Greysia/Meiliana vs Ha/Kim akan bertemu Wang/Yu yang merupakan ganda terkuat di perempat final.
"Karena ada drama itu [Wang/Yu vs Jung/Kim], pada akhirnya saya tuh jujur ya, [setelah] sudah tahu Wang/Yu kalah, lalu kalau saya menang, saya bakal bertemu Wang/Yu, itu jujur galau. Kok mereka kayak gitu, mempertontonkan hal yang tidak baik. Integrity saya sebagai atlet goyang. Mereka saja secara mengalah, mereka mainnya kayak gitu."
"Saya pun berpikiran seperti itu sebelum masuk lapangan. Untuk bermain yang mengalah. Sampai ada kejadian saat itu, sebelum pemanasan...," ujar Greysia.
Saat pemanasan, telepon genggam Greysia berbunyi. Ada pesan dari seorang wartawan BWF yang menginformasikan bahwa laga Greysia/Meiliana vs Ha/Kim bakal mendapatkan sorotan serius seiring kejadian yang terlihat di laga Wang/Yu vs Jung/Kim.
"Dia bilang ini sudah dapat spotlight. Jangan main-main. Dari situ, 'Gak bisa, saya harus serius'.. Apapun yang terjadi saya harus main yang terbaik," tutur Greysia.
Greysia dan Meiliana lalu masuk ke lapangan dengan pemikiran yang matang bahwa mereka bakal melakukan yang terbaik.
"Pas masuk ke lapangan, dengan pemikiran yang matang kami mau main yang terbaik, terserah hasilnya nanti apa saja."
"Tetapi pas kenyataannya, pas Korea memegang servis, mencong ke sebelah sana. Waduh, sudah benar-benar ketahuan, bahwa mereka sudah benar-benar gak mau main dengan baik," kata Greysia.
Greysia/Meiliana lalu pada akhirnya ikut terkena diskualifikasi. Impian untuk mengejar medali Olimpiade pun musnah.
"Mereka main dengan dibuang-buang bolanya. Itu membuat efeknya ke saya. Kadang-kadang saya suka merasa gak adil. Saya mau main yang terbaik ibaratnya, tiba-tiba mereka [lawan] begini, saya sudah masuk kandang macan ibaratnya."
"Saya sudah coba nego dengan BWF untuk lihat siaran, tetapi tiba-tiba take down. Tidak ada rekam jejak yang bisa membela keseriusan kita, tim Indonesia. Dari situ saya merasa harus terima dengan keputusan BWF dan IOC saat itu," ujar Greysia.
Greysia menjalani masa sulit setelah diskualifikasi tersebut. Ia mengalami masa trauma yang cukup panjang dan sempat berpikir untuk pensiun.
"Dari 2012 itu saya ada satu tahun trauma mental. Sampai pada akhirnya saya cedera. [Kemampuan] servis saya hilang gara-gara cedera. Trauma mau masuk lapangan takutnya luar biasa. Saya merasa orang menunggu melihat saya jatuh," tutur Greysia.
Greysia lalu sempat berpikir untuk mundur dari badminton. Namun dukungan dari orang-orang terdekat membuat Gryesia bisa tetap melanjutkan karier di dunia badminton.
"Mama saya bilang saat itu, 'kalau kamu menyerah sekarang, mau kerja di mana. Ini masalah dunia internasional. Teruskan, bertahan'," ujar Greysia.
Pilihan Greysia untuk bertahan di dunia badminton akhirnya berbuah manis. Ia mampu jadi juara Asian Games 2014 bersama Nitya Krishinda Maheswari dan jadi juara SEA Games 2019 lalu ditutup torehan medali emas Olimpiade Tokyo 2020.