Ketika kalah 0-3 dari Manchester City, Manchester United memasang formasi 4-2-3-1. Christian Eriksen dan Sofyan Amrabat menjadi pondasi di lini tengah.
Kinerja kedua pemain ini sejatinya tidak terlalu buruk. Hanya lini pertahanan saja yang tak bisa membendung serangan City yang unggul lewat serangan dari sayap kiri dan kanan.
Adapun Newcastle bukan tim yang dominan menyerang lewat sayap. Mereka memainkan bola panjang dari tengah, yang ini bisa menjadi sisi keuntungan Man Utd.
Musim ini Amrabat sudah delapan kali membela Man Utd. Rinciannya, lima di Liga Inggris, dua di Liga Champions, dan sekali di Piala Liga. Selama Amrabat tampil, Man Utd kalah tiga kali.
Adapun menit main Eriksen lebih tinggi. Pemain asal Denmark ini 12 kali tampil, yakni sembilan kali di Liga Inggris dan tiga kali Liga Champions. Eriksen belum main di Piala Liga musim ini.
Pada pertandingan Piala Liga sebelumnya, melawan Crystal Palace, Ten Hag memadukan Amrabat dengan Mason Mount. Laga ini berakhir dengan kemenangan 3-0.
Bila melihat kinerja dan konektivitas Amrabat dan Eriksen saat melawan City, opsi memadukan gelandang baru bukan pilihan. Pasalnya kedua pemain ini bisa menjadi katalis kebangkitan.
Malahan persoalan lini depan yang harus segera diatasi. Bagaimana tidak, dari delapan striker Man Utd saat ini, baru satu nama yang mencatatkan namanya di papan skor di semua ajang.
Pemain tersebut adalah Marcus Rashford dengan satu gol. Pertandingan Piala Liga ini selayaknya jadi sarana bagi Ten Hag untuk meningkatkan psikologis para pemain depan.
Situasi ini cukup masuk akal, sebab Newcastle kebobolan enam kali dalam liga laga terakhir. Ini isyarat bahwa organisasi lini pertahanan Newcastle tidak terlalu solid.
Penyerang muda seperti Rasmus Holjund layak diberikan kesempatan membuktikan diri. Ketajamannya harus dibangkitkan, setelah mengalami pekan-pekan tak mengesankan.
[Gambas:Video CNN]