Juni Bulan Berlari
Bagi para race hunter, Juni bisa jadi salah satu bulan di 2024 yang cukup padat, dengan banyak ajang lari bergengsi lintas kategori yang digelar.
Dikutip dari situs kalenderlari.com terdapat 38 ajang lari di seluruh Indonesia sepanjang bulan ini, terbanyak di antara bulan-bulan lainnya.
Race prestius bulan Juni dimulai dari Makassar Half Marathon di Anjungan Pantai Losari, Sulawesi Selatan. Ada 3 kategori yang dipertandingkan yaitu 5 kilometer, 10 kilometer dan half marathon 21 kilometer.
Ajang ini tak hanya diikuti para pegiat lari lokal yang biasa berseliweran di Center Point of Indonesia (CPI), tapi juga turut berpartisipasi sejumlah atlet nasional dan internasional dari Kenya, Jepang, hingga Korea Selatan.
Pelatih lari nasional Agung "Gantar" Mulyawan yang pernah jadi pelatih Agus Prayogo dan Rikki Simbolon pun turut menjadi pacer di ajang ini. Sayang, pemberitaan tentang kerapian penyelenggaraan ajang bertaraf nasional ini agak tertutupi oleh peserta yang meninggal dunia karena diduga mengalami serangan jantung saat ajang balapan berlangsung.
Sepekan setelahnya, ajang trail run Dieng Caldera Race 2024 digelar pada 7-9 Juni, dengan empat kategori lomba, mulai dari 75 kilometer, 42 km, 21 km dan fun trail 10 km yang diikuti oleh 800-an trail runner dari Indonesia hingga mancanegara. Menariknya, 25 persen dari total peserta adalah perempuan.
Hanya berselang sehari dari Dieng Caldera, ajang trail run lainnya yaitu Jabar Ultra Trail Run 2024 digelar di Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka.
Gunung Ciremai merupakan salah satu gunung tertinggi di Pulau Jawa (3.078 mdpl) yang tentunya punya daya tarik dan gengsi tersendiri bagi pelari trail tanah air.
Pelari trail asal Manglayang Academia Bandung Taofik Hidayat dan Arief Wismoyono menjadi juara 1 dan 2 di kategori 55 kilometer. Keduanya adalah nama yang tidak asing di dunia trail run mengingat dua orang yang tengah mempersiapkan diri untuk berpartisipasi di ajang prestisius Ultra Trail du Mont Blanc 2024 ini adalah langganan podium di ajang lari trail nasional.
Melompat beberapa pekan setelahnya, para pelari di kawasan Jabodetabek dibuat bingung harus memilih antara ikut BTN-Jakarta International Marathon (JAKIM) atau BFI Run pada 23 Juni 2024.
Dua ajang ini punya reputasi yang sama-sama tinggi di mata para pelari.
BTN-Jakarta International Marathon menjadi ajang lari dengan peserta terbanyak bulan ini. Total 15 ribu orang berlari dari Monas sampai Stadion Utama Gelora Bung Karno dalam gelaran yang merupakan rangkaian Hari Ulang Tahun ke-497 kota Jakarta.
Ajang ini bukan marathon biasa karena JAKIM sudah meraih predikat World Athletics Label Road Races dari federasi atletik dunia. Artinya, ajang ini masuk kalender resmi World Athletics seperti halnya Tokyo atau Boston Marathon, meski belum masuk kategori World Major Marathon (WMM).
Tidak banyak ajang lari di Indonesia yang diakui dunia. Tercatat, hanya Maybank Marathon Bali dengan predikat Elite Label sejak 2020, kemudian menyusul Borobudur Marathon dan JAKIM di tahun 2024.
Menyandang status kelas dunia, penyelenggara menggarap event ini dengan serius dan profesional.
"Yang paling diapresiasi adalah komitmen Pemrov dan jajaran terkait untuk mensterilkan rute marathon sepanjang 42 km. Kayaknya baru kali ini secara rute Jakarta bisa mensejajarkan diri dengan event marathon kota besar lainnya," ujar Fikri Adin salah satu peserta di kategori full marathon.
Atlet lari jarak jauh andalan Indonesia Agus Prayogo juga punya pandangan yang sama.
"Terima kasih sudah menyelenggarakan event yang berkualitas khususnya rute yang benar-benar steril pagi ini," kata Agus yang finish full marathon dengan catatan waktu 2 jam 40 menit 49 detik.
Beralih ke Tangerang Selatan, ajang marathon BFI Run 2024 di ICE BSD City diikuti oleh 6.500 orang yang datang dari sejumlah daerah. Ajang lari yang sudah memasuki tahun ke-6 ini juga jadi incaran banyak pelari.
Saya menjadi salah satu peserta di nomor Half Marathon 21,1 km.
Sepanjang race, rute dengan dominasi trek rata yang dilalui cukup steril dari kendaraan bermotor. Sekalipun ada yang melintas diatur dengan seksama oleh marshall yang bertugas sehingga tidak mengganggu laju pelari.
Nilai plus lari di kawasan BSD City juga adalah cukup banyak area yang rimbun pepohonan sehingga membuat lari di sini cukup nyaman dan memungkinkan untuk mencetak personal base (PB).
Akan tetapi, cut off time-nya sangat ketat yaitu 4 jam 30 menit untuk kategori Marathon dan 3 jam untuk nomor Half Marathon serta 1 jam 45 menit untuk kelas 10 km. Hal ini membuat para peserta tampak sangat ambisius untuk menyelesaikan lomba sebelum kena COT.
Rangkaian Juni berlari akan ditutup oleh setidaknya dua ajang lain yang sama-sama punya skala besar, yaitu LPS Monas Half Marathon dan Mandiri Jogja Marathon pada 30 Juni 2024.
Dua ajang ini dipastikan juga akan diikuti oleh ribuan peserta.
Dampak positif
Maraknya ajang lari yang digelar hampir tiap pekan ini berimbas positif. Ajang lari yang diikuti banyak orang dari berbagai kalangan ini menunjukkan semakin banyak orang yang kian sadar akan gaya hidup sehat.
Tak peduli Anda atlet profesional, pelari rekreasional atau bahkan hanya "FOMO" alias ikut-ikutan, para pelari telah berkontribusi positif terhadap dirinya sendiri, dan lingkungan.
Jurnal yang diterbitkan MDPI tahun 2021 mencatat, pelari dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Pengurangan emisi terjadi karena berlari menggunakan mobilitas tanpa emisi, dibandingkan menggunakan kendaraan berbasis BBM yang menghasilkan emisi 2,4 kg CO2 per kilometer.
Bayangkan, berapa banyak pengurangan emisi karbon di Jakarta saat gelaran JAKIM 2024 yang diikuti 15 ribu orang berlangsung tanpa ada kontaminasi asap kendaraan bermotor?
Dampak positif lainnya adalah kontribusi ajang lari pada sport tourism.
Maybank Bali Marathon Agustus tahun lalu telah membuktikannya. Mengutip data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, tingkat hunian hotel berbintang di Bali pada Agustus 2023 tercatat sebesar 60,64% atau naik 22% dibanding tahun 2022. Kenaikan itu sangat wajar mengingat jumlah peserta ajang marathon di Bali sebanyak 13.600 orang dari 50 negara dan mayoritas datang dari luar Pulau Bali.
Sport Tourism lewat penyelenggaraan ajang lari yang profesional bisa jadi salah satu aspek untuk menggenjot perekonomian di tengah situasi ekonomi yang melemah saat ini. Apalagi mengingat pertumbuhan sport tourism di Indonesia mencapai Rp 18.790 triliun pada 2024, berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Akan tetapi, untuk bisa mengoptimalkan segala potensi dan dampak positif itu perlu usaha besar.
Dari sekian banyak daftar ajang lari yang digelar hampir tiap pekan, harus diakui hanya segelintir event saja yang reputasinya diakui di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan tak sedikit ajang yang mengklaim bertaraf global tapi penyelenggaraan bak turnamen antar kecamatan.
Tanpa perlu menyebut nama, ada ajang lari di Jakarta yang beberapa tahun lalu "dirujak" para pesertanya. Mulai dari ketidakjelasan pengembalian dana pendaftaran pasca-gagal digelar imbas COVID-19, pengambilan race pack yang memakan waktu lama dan jauh dari kata nyaman, hingga race day yang amburadul.
Diksi yang ditulis miring itu bukan tanpa alasan karena banyak sekali masalah yang terjadi pada hari perlombaan. Pelari yang harus bertarung dengan kendaraan bermotor karena jalur tidak steril dan sederet daftar ketidakmampuan panitia dalam menyelenggarakan event lari.
Di ajang lainnya, lagi-lagi tanpa harus menyebut nama, ada kasus pelari internasional komplain karena hadiahnya sebagai pemenang lomba tidak dibayarkan hingga berbulan-bulan.
Pada tahun ini, ada pula event Half marathon yang diikuti 5.000 perempuan, tetapi setelah sampai garis finish tak dapat medali karena medalinya belum jadi. Sederet pengalaman mengernyitkan dahi itu tak boleh terjadi lagi.
Kuantitas ajang lari yang semakin banyak harus diikuti perbaikan kualitas. Tanggung jawab bukan sekadar di pihak penyelenggara tetapi juga dari pemerintah setempat.
Jakarta, misalnya. Pemerintah Provinsi Jakarta punya pekerjaan rumah besar untuk mencari cara menyelesaikan masalah polusi udara. Patut diingat, polusi udara tidak hilang jika hanya mengandalkan pergerakan arah angin.
Butuh langkah revolusioner untuk menjadikan setiap kota bisa jadi ikon marathon dunia selayaknya New York, Boston, Chicago, London, Tokyo dan Berlin.
(vws)Mahardhika Utama
Bekerja sebagai wartawan televisi di CNN Indonesia. Sedang mencoba konsisten berlari untuk kesehatan jiwa dan raga. Bobotoh Persib Bandung yang tidak lelah berharap menonton tim nasional sepak bola Indonesia berlaga di Piala Dunia.
Selengkapnya