Perjuangan Veddriq Juara Olimpiade: Bukan 4 Detik, tapi 10 Tahun Lebih

CNN Indonesia
Kamis, 15 Agu 2024 17:57 WIB
Veddriq Leonardo mencapai puncak podium Olimpiade 2024 setelah melewati perjuangan selama bertahun-tahun. (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kesuksesan Veddriq Leonardo meraih emas Olimpiade membutuhkan perjuangan yang memakan waktu hingga tahunan, bahkan sampai membuat pria kelahiran Pontianak itu merasa gagal.

Kali pertama Veddriq berlaga di Olimpiade 2024 adalah pada Selasa (6/8) guna tampil di sesi kualifikasi. Setelah memastikan melaju ke babak delapan besar, Veddriq kembali beraksi pada Kamis (8/8). Setelah itu sejarah tercipta.

Sepintas upaya Veddriq menghasilkan emas begitu singkat. Hanya tiga hari dan memanjat papan setinggi 15 meter dalam waktu hitungan detik.

Padahal yang sebenarnya terjadi emas Olimpiade adalah puncak gunung perjuangan yang telah didaki Veddriq sejak beberapa tahun silam.

"Awal perkenalan dengan panjat tebing ketika SMA. Kelas 1 SMA saya bergabung dengan organisasi pencinta alam kemudian dari organisasi pencinta alam kenal dengan panjat tebing. Mulai dari situ saya berlatih dan ikut pertandingan lokal untuk level pelajar," terang Veddriq soal awal mula mengenal panjat tebing ketika diwawancara CNNIndonesia TV, Kamis (15/8) siang.

Dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Veddriq juga menceritakan sempat menjajal nomor boulder dan lead sebelum pindah ke nomor speed.

Veddriq kemudian merasa bisa bersaing di nomor speed, namun perjuangan tak berhenti sampai di situ. Atlet kelahiran 11 Maret 1997 itu harus menaklukkan tantangan lain.

"[Masa paling sulit menjadi atlet] di fase awal waktu coba merintis jadi atlet karena ada pilihan untuk menyelesaikan di FKIP [Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan] atau atlet. Ketika masih jadi atlet daerah itu banyak hal yang diperjuangkan dan itu tidak mudah. Itu tidak banyak yang mendukung, itu fase terberat saya waktu itu," terang Veddriq.

Bahkan impian Veddriq menjadi atlet nyaris berantakan lantaran gagal tampil dalam Kejuaraan Nasional pada 2015.

"Jadi ada Kejuaraan Nasional Junior 2015, saya sudah latihan setahun persiapan tapi kemudian kandas karena kurang support dan tidak punya pilihan, saya tidak punya sumber daya untuk partisipasi."

"Waktu itu kan panjat tebing di daerah saya masih belum populer dan belum banyak atlet yang berkecimpung di panjat tebing, jadi harus dilakukan sendiri semuanya seperti latihan dan kompetisi. Semuanya harus mandiri," urainya.

Upaya keras Veddriq kemudian mendekatkannya dengan pintu pemusatan latihan nasional atau pelatnas. Dalam kualifikasi PON 2015 pelatih Hendra Basir melihat potensinya.

"Pertama melihat Veddriq itu ketika saya melatih DKI ada kualifikasi PON 2015, Kalimantan Barat itu tergabung di zona 2 dan zona neraka itu. Dua tahun berikutnya bertemu di Kejurnas, usianya sudah senior jadi saya tidak terlalu memikirkan dan peduli, tapi pas saya tanya tahun 2017 ternyata usianya baru 19 dan TC Asian Games."

"Saya bilang ke Kabid Binpres [Kepala Bidang Pembinaan Prestasi], Veddriq dimasukkan ke tim sparring timnas Asian Games, di situ lah awalnya," jelas Hendra.

Setelah tergabung ke Timnas panjat tebing Indonesia, Veddriq lantas mengoleksi gelar-gelar bergengsi seperti emas Asian Games, Kejuaraan Asia, kampiun seri Piala Dunia sejak 2021 hingga 2023, World Games, hingga Olimpiade.

(ikw/nva)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK