Pengamat sepak bola nasional Mohamad Kusnaeni merespons isu yang menyebut Marselino Ferdinan direkrut Oxford United karena pemain titipan.
Marselino resmi dikontrak Oxford pada Senin (19/8). Klub kasta kedua Liga Inggris, Championship, ini mengontrak Marselino yang musim lalu main di KMSK Deinze selama dua musim.
Tak lama setelah kontrak resmi tersebut, banyak kalangan menyebut Marselino bisa dikontrak klub Inggris karena titipan. Pasalnya saham klub ini dikuasai dua pengusaha Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kusnaeni, Marselino punya kualitas untuk direkrut Oxford. Jika tidak punya bakat, pelatih Oxford diyakini tidak akan mau mengontrak Marselino, meski juga ada faktor bisnis.
"Direkrutnya Lino [Marselino Ferdinan] adalah hal biasa dalam sepak bola profesional. Soal kebutuhan tim dan kesesuaian kriteria pemain yang diinginkan pelatih," kata Kusnaeni.
"Lino sepertinya sesuai dengan kebutuhan tim. Dia masih muda, punya skill, dan berpengalaman main di level cukup tinggi karena pemain tim nasional," ujarnya pada Rabu (21/8).
Setiap tim termasuk Oxford, kata pria yang biasa disapa Bung Kus ini, pasti punya rencana jangka panjang. Dalam hal ini merekrut pemain muda yang dinilai punya potensi.
Sebagai pemain yang pernah dinobatkan The Guardian, salah satu media terkemuka Inggris, sebagai salah satu talenta menjanjikan, Oxford menilai nilai besar dari Marselino.
"Pelatih Oxford ketika membentuk tim tentunya juga mempertimbangkan pengembangan tim untuk ke depan. Makanya pasti dia minta timnya mendatangkan pemain yang punya prospek untuk berkembang selain yang sudah jadi."
"Setiap tim juga mempertimbangkan aspek nonteknis dalam perekrutan. Klub juga butuh berkembang secara komersial dan mendapatkan engagement yang besar di media sosial," katanya.
Dalam industri sepak bola seperti Inggris, kualitas adalah nomor satu. Namun ada sisi lain yang juga jadi pertimbangan dalam merekrut pemain di bursa transfer.
Toh, pada akhirnya kualitas pemain yang akan menentukan. Begitu memasuki usia 20 atau 21 dan dianggap tak bisa bersaing di level tertinggi, pemain tersebut otomatis tersingkir.
"Semua adalah hal-hal normal dalam sepak bola profesional yang memang sudah jadi industri. Itu tidak hanya dilakukan Oxford tapi juga tim-tim profesional lainnya," ujar Kusnaeni.
"Benar, ada pemilik asal Indonesia di Oxford. Mungkin ada sedikit peran juga di balik perekrutan Lino, tapi jika Lino tidak memenuhi kriteria, saya kira tim pelatih Oxford juga tidak akan berminat. Kebutuhan tim tetap merupakan alasan utama dalam perekrutan pemain."