Lifter Indonesia, Rizki Juniansyah punya cara khusus untuk menghilangkan rasa gugup saat tampil di Olimpiade 2024.
Pertama kali tampil di Olimpiade membuat atlet 21 tahun itu merasa grogi di arena. Ia mendapat dari sang ibu untuk membaca bismillah dan tujuh kali surat Al Ikhlas sebelum naik ke panggung.
"Sebelum naik panggung, saya baca bismillah, 'qulhu' tujuh kali. Itu bisa mengurangi rasa gugup saya," kata Rizki di Jakarta, Rabu (28/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lifter asal Serang, Banten itu juga punya ritual tersendiri saat sudah berada di atas panggung. Agar lebih fokus, ia biasa mencari satu titik untuk dipandang selama mengangkat beban.
Karena itu dirinya kerap terlihat seperti melamun di panggung. Menurutnya, momen itu adalah ketika dirinya sedang mencari benda tertentu untuk dilihat seperti kamera atau lampu.
"[Terlihat bengong] karena saya sedang mencari pandangan yang menurut saya nyaman. Tapi [di Olimpiade] susah karena penonton itu banyak jadi tidak nemu titik pandang. Biasanya saya cari titik pandang seperti kamera, lampu, tapi kemarin malah lihat muka-muka penonton," ujarnya.
Dengan cara khusus yang dijalani, Rizki Juniansyah berhasil meraih medali emas di cabor angkat besi nomor 73 kg. Ia mencatat total angkatan 354 kg setelah mengangkat beban 155 kg di snatch dan 199 kg clean and jerk.
Pada percobaan angkatan pertama snatch, Rizki Juniansyah gagal mengangkat beban seberat 155kg.
Di percobaan angkatan kedua snatch, Rizki Juniansyah sukses mengangkat beban seberat 155kg. Pada percobaan angkatan ketiga snatch, Rizki Juniansyah gagal mengangkat beban seberat 162kg.
Sementara Rizki Juniansyah berhasil melakukan angkatan pertamanya di clean and jerk seberat 191 kg. Total angkatan Rizki sempat disamai oleh atlet Thailand Weeraphon Wichuma, tapi Rizki mempertajam angkatan clean and jerk menjadi 199 kg sehingga mencapai total beban 354 kg. Ini sekaligus jadi rekor Olimpiade di nomor 73kg.
Rizki merupakan atlet angkat besi Indonesia pertama yang dapat medali emas Olimpiade. Sebelumnya, sejak Olimpiade 2000, cabor tersebut menghasilkan medali perak dan perunggu di pesta olahraga dunia.