Salah satu dari 25 atlet muda yang sukses melalui fase karantina dan akhirnya terpilih untuk masuk ke PB Djarum adalah Marcel Jhonatan.
Ketika mengetahui dirinya lolos, tepatnya pada 12 Oktober, Marcel tak kuasa haru. Dengan mata berkaca-kaca ia melakukan panggilan video dengan orang tua yang menanti kabar di Ketapang, Kalimantan Barat.
Saat sang Mama mengangkat panggilan video dan mendengar kabar keberhasilan Marcel, air matanya pun ikut tumpah.
"Karena melihat mama menangis, saya juga makin terharu," ucap Marcel.
Memang bukan hal yang mudah bagi Marcel menembus PB Djarum. Bukan hanya soal melewati fase seleksi dan karantina satu bulan, tapi ada berbulan-bulan hasil jerih payah yang dilewati anak kelahiran 2012 ini.
Ia pertama kali mulai menekuni bulu tangkis di usia sembilan tahun. Usia itu sebenarnya agak telat bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang memulai bulu tangkis di usia 5-6 tahun.
Namun, Marcel punya sosok orang tua yang gigih bernama Athanasius Yanto yang memiliki panggilan Ajui. Sang Papa sadar Marcel punya minat tinggi pada bulu tangkis dan punya kemauan keras untuk berprestasi.
Ketika Marcel mulai berprestasi di level daerah, Ajui tanpa berpikir lama mengirim Marcel ke Solo. Di usia 11 tahun, Marcel sudah tinggal di pulau yang berbeda dari orang tua.
"Kalau menuruti hati, sangat berat melepas anak. Sangat berat. Cuma memang anak saya mau ke sana, jadi saya harus mendukung," kata Ajui. "Kalau memang dia mau serius di bulu tangkis, saya harus melepasnya. Karna kalau cuma latihan di daerah, percuma. Makanya saya bawa dia ke Pulau Jawa walau dengan berat hati."
Sejak awal, Ajui dan Marcel sudah punya tujuan yang jelas untuk bisa masuk PB Djarum. Karena itulah Marcel menempa diri di Solo dengan bergabung ke sebuah klub dan tinggal di asrama.
Sama seperti halnya kedua orang tua, Marcel juga seringkali meneteskan air mata. Ada rindu yang harus ia tahan demi mimpi besar jadi pemain bulu tangkis kelas dunia.
"Waktu awal di Pulau Jawa, saya masih sering menangis. Karena mulai dari sana saya harus mandiri dan jauh dari orang tua," ucap Marcel.
Marcel menempa diri di sana, sedangkan kedua orang tuanya terus mendukung lewat semangat, doa, dan juga dana. Mereka ingin Marcel bisa masuk PB Djarum.
"Di PB Djarum, semua fasilitas terjamin. Latihan bagus, asrama bagus. Seluruh Indonesia juga tahu, bila bicara bulu tangkis, PB Djarum itu bagus," kata Ajui.
Setelah latihan beberapa bulan di Solo, Marcel langsung ikut Audisi Umum PB Djarum 2023. Marcel bisa melaju jauh tetapi kemudian ia tersisih di tahap karantina.
Kegagalan di tahap terakhir itu tak membuat Marsel patah arang. Ia tetap membulatkan tekadnya, kembali menempa diri di Solo demi Audisi Umum PB Djarum 2024.
"Waktu gagal di 2023, perasaan saya sedih. Tetapi setelah itu saya pulang lagi ke Solo, latihan lagi lebih semangat," ujar Marcel mengenang.
Marcel sendiri berkejaran dengan waktu. Tahun 2024 adalah tahun terakhir ia bisa mengikuti Audisi Umum PB Djarum, karena tahun depan usianya sudah melewati batas.
"Saya bilang ke Marcel, ini tahun terakhir kamu, tahun depan sudah tidak bisa lagi. Jadi sekarang kamu harus main bagus, harus ngotot. Kamu pasti bisa," kata Ajui.
Marcel mengaku lebih tegang saat mengikuti audisi tahun ini. Perubahan format Audisi Umum PB Djarum diakui Marcel membuat tekanan lebih besar.
"Saya deg-degan. Karena kan tahun kemarin pakai sistem 10 menit, sekarang pakai sistem turnamen. Kalau kalah, sudah tidak bisa lanjut lagi," ucap Marcel.
Namun tekanan kuat itulah yang pada akhirnya bisa membuat Marcel mengeluarkan seluruh potensi terbaik. Marcel bisa lolos ke tahap karantina dan kali ini mampu menyelesaikan perjuangannya di tahap karantina sehingga diterima jadi anggota baru PB Djarum.
Ia pun tahu bahwa masuk PB Djarum bukanlah akhir dari tujuannya. Marcel yakin keberhasilan masuk PB Djarum ini yang bakal jadi pengantar dirinya mengejar mimpi-mimpi besar dalam hidupnya.
"Saya ingin jadi juara dunia. Sekarang, saya sudah tidak sabar untuk menjalani latihan di PB Djarum," ujar Marcel.