Menyalakan Api Sepak Bola Putri dari Tanah Kudus
Nada suara Katrina Neeltje Hosang (65 tahun) tiba-tiba sendu. Pemain Timnas Putri Indonesia pada 1977 ini diserbu haru saat menceritakan sepak bola putri Indonesia kala itu.
“Waduuuh, dulu itu banyak sekali tantangannya,” kata Katrina mengenang.
“Dulu itu, ibu negara saja, Ibu Tien [Soeharto], tidak menyetujui. Katanya tidak pantas perempuan main bola. Sedih juga kalau ingat masa-masa itu.”
Saya dan katarina berbincang tentang sepak bola perempuan lewat sambungan telepon pada suatu hari di akhir Januari. Hanya berselang beberapa hari setelah penyelenggaraan kompetisi sepak bola putri usia dini MilkLife Soccer Challenge All-Stars yang digelar di Supersoccer Arena, Kudus. Mereka punya api yang sama dengan Katarina: kecintaan pada sepak bola.
Katrina bercerita, ia dan kawan-kawan tak pernah patah arang. Dengan segala stigma dan kontroversi, sepak bola tetap mereka tekuni.
Perlahan tapi pasti, pengakuan dari dunia internasional menghampiri.
Pada 1973, Buana Putri, klub asal Jakarta yang dibina Dewi Wibowo, istri pemilik harian Berita Yudha (Hadi Wibowo), diterima jadi anggota Asian Ladies Football Confederation (ALFC). Keanggotaan ini membuat Indonesia diundang tampil dalam Asian Women Cup II di Taiwan pada 1977.
“Kami itu latihan pagi-pagi sekali. Dari jam lima subuh. Latihannya di Senayan, tapi bukan di lapangan bolanya. Di depan Lapangan ABC dulu itu ada ruang terbuka yang banyak pohonnya. Kami latihan di situ. Sudah biasa kami itu lagi ngejar bola nabrak pohon,” ucapnya terkikih.
Kendati begitu, penampilan srikandi Indonesia tak mengecewakan. Indonesia lolos ke babak semifinal sebagai runner up Grup A. Bahkan mereka mengalahkan Jepang 1-0.
Satu-satunya gol Indonesia dalam laga pada 5 Agustus 1977 itu dilesakkan Tineke Lantang, libero yang juga kapten pertama Timnas Putri Indonesia.
“Waktu itu Tineke yang paling keras. Paling kuat. Paling susah dilewati. Makanya jadi kapten. Tineke ini juga wasit perempuan pertama Indonesia, loh,” ujar Katrina.
Dalam laga semifinal, pada 9 Agustus 1977, Indonesia kalah 1-2 dari Thailand.