Obrigado, Diogoal, Obrigado

'He is our lad from Portugal, better than Figo, don't you know. Oh his name is Diogoal!'

Seruan atau chant suporter Liverpool untuk Diogo Jota tak akan terdengar sama lagi setelah sang bintang tutup usia pada Kamis (3/7).

Kecelakaan tragis di Zamora, Spanyol merenggut nyawa pemain 28 tahun itu bersama sang adik, Andre Silva (25 tahun). Pecinta sepak bola, bukan hanya suporter Liverpool dan Portugal, pun larut dalam duka.

Kesedihan kian terasa mengingat Diogo Jota adalah salah satu pemain hebat yang pernah dimiliki Liverpool. Ia membuktikan, striker tajam tak harus tinggi.

Posturnya hanya 178 cm, lebih pendek dari rata-rata penyerang kebanyakan. Karena postur yang tak terlalu tinggi itulah Diogo Jota kerap jadi penyerang sayap kiri hingga penyerang lubang. Tapi di manapun berada, ia mampu tampil garang di setiap klub yang dibela.

Total sudah 65 gol dilesakkan dari 182 penampilan bersama Liverpool. Di Wolverhampton Wanderers, ada 44 gol tercipta dari 131 pertandingan.

Tajam, dingin, menyergap dalam gelap. Lawan dibikin terkesiap dalam banyak proses gol yang dicetak Diogo Jota.

Tak ayal Diogo Jota banyak menyandang julukan dari rekan-rekan setimnya. Curtis Jones menyebut Diogo Jota seperti 'hantu' karena mampu menjebol gawang lawan usai dari sudut-sudut tak terlihat.

Sadio Mane menyebut Jota sebagai 'Jogoal'. Ini karena Jota merupakan salah satu mesin gol Liverpool dan membuat The Reds punya lapisan pemain depan yang tebal dan dalam.

Legenda Liverpool, Jamie Carragher memanggil Jota dengan sebutan 'Jota the Slotter' karena sering mencetak gol dengan bola rendah namun tajam dan mengarah ke sudut sulit.

Tak heran pula suporter Liverpool mengganti nama Diogo Jota menjadi Diogoal dalam chant mereka. Sosok Diogo Jota begitu dihormati di kalangan pendukung setia.

Meski Diogoal telah tiada, kenangan tentang dirinya akan selalu lekat dalam ingatan. Selamanya.