Jakarta, CNN Indonesia --
Alexander Zwiers resmi diumumkan PSSI sebagai sebagai Direktur Teknik, Minggu (25/8). Bisa apa pria 50 tahun ini di Indonesia?
Sebelum membahas tantangan dan rintangan yang akan dihadapinya di Indonesia, ada baiknya mengupas latar belakang pria yang beristrikan wanita asal Tangerang ini.
Lebih dari separuh hidup Zwiers, 28 tahun, dihabiskan untuk menyelami sepak bola usia muda, sepak bola pembinaan, manajer teknik akademi, dan direktur teknik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memulainya dari 1998 sebagai tim analis SC Cambuur Leeuwarden U-19. Pada saat yang sama ia juga menjadi pelatih U-12 dengan titik berat pengembangan bakat pemain.
Dari Cambuur, Zwiers menangani Crewe United U-17 (2001), asisten pelatih FC Groningen BF U-17 (2001-2002), dan tim pelatih Akademi Aspire di Qatar (2002-2005).
Selanjutnya menangani Al Gharafa U-17 dan U-15 (2005-2006), dan Al Ahli U-11 hingga U-13 (2008-2011). Setelah itu jadi Manajer Teknik Johan Cruyff FC U-14 dan U-16 (2012-2013).
Kemudian jadi Manajer Teknik FC Kairat U-8 hingga U-13 (2013-2014), Manajer Teknik Al Shabab U-7 hingga U-12 (2014-2015), dan Manajer Teknik Akademi Al Whada (2015-2018).
Zwiers kemudian menangani Akademi Al Nasr (2018-2019). Terakhir, pemegang lisensi Technical Director FIFA ini menjadi Direktur Teknik Yordania (2019-2025).
Dalam wawancara dengan FIFA, Zwiers menyebut program di Yordania adalah menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Targetnya, memenuhi ekspektasi publik.
Hasilnya, meski tak bisa dianggap sebagai faktor kunci, Yordania lolos ke Piala Dunia 2026. Ini adalah kali pertama negara Asia Barat tersebut lolos ke Piala Dunia.
Ini menunjukkan bahwa Zwiers tak asing dengan sepak bola Asia. Kepakarannya jelas di bidang pembinaan. Karena itu tak salah jika fantasi publik mulai merekah.
Ya, masyarakat Indonesia layak berfantasi sepak bola negaranya akan terbang seperti Yordania. Namun, menangani Indonesia tantangannya jauh lebih besar dan kompleks.
Baca di halaman berikutnya>>>
Saat ditanya soal program 100 harinya setelah menjadi Direktur Teknik PSSI, Alexander Zwiers ingin bertemu banyak pihak untuk menyerap aspirasi sambil membangun gagasan.
Saat ini PSSI sudah memiliki buku panduan teknik Filosofi Sepakbola Indonesia atau disingkat Filanesia. Buku ini diluncurkan pada 2017 saat Luis Milla menjadi pelatih Timnas.
Filanesia ini menjadi salah satu kurikulum pelatihan lisensi D PSSI atau strata paling bawah. Filanesia menjadi pondasi pengembangan sepak bola akar rumput nasional.
Selama delapan tahun terakhir, kualitas dan bakat pemain muda Indonesia meningkat. Memang masih banyak kekurangan, tetapi grafiknya naik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dalam pandangan Zwiers, Filanesia adalah warisan yang tidak bisa dihilangkan. Namun, metode, mode, dan sistem sepak bola terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Untuk itu Zwiers merasa perlu menyempurnakan Filanesia. Formatnya seperti apa, Zwiers belum memaparkannya. Yang pasti, pendekat lebih modern sangat dibutuhkan.
Federasi sepak bola Jepang (JFA) misalnya, memproduksi ribuan video teknik sepak bola. Video ini dibuat oleh direktur teknik yang kemudian sebarkan ke seluruh penjuru negeri.
JFA juga menggandeng animator untuk membuat komik dan animasi tentang sepak bola. Ide kreatif ini membuat filosofi yang ingin dibangun JFA terserap dengan baik.
[Gambas:Video CNN]
Apa yang dilakukan JFA tentu saja bisa ditiru Zwiers. Pria kelahiran 15 Juni 1975 ini bisa membuat panduan teknik filosofi sepak bola Indonesia lewat perangkat digital.
Gagasan besar Zwiers juga perlu dielaborasi dengan pemilik-pemilik klub. Tak kalah penting, Sistem kompetisi pembinaan yang tepat bagi Indonesia harus dipatenkan.
Karena itu, fantasi Zwiers akan menjadi kunci pembuka pintu sepak bola Indonesia yang lebih terang. Sepak bola pembinaan Indonesia masih gelap, sehingga perlu diberi matahari.
Jika Zwiers bisa memberi impresi jangka pendek, stigma dan citra negatif sepak bola Indonesia akan terkorosi. Ya, fantasi Zwiers akan menjadi peta rehabilitasi sepak bola Indonesia.