Jakarta, CNN Indonesia --
Saat ini bangsa Indonesia butuh sesuatu yang membanggakan; menggembirakan hati, dan Timnas Indonesia punya kans menciptakan hal tersebut.
Setidaknya Timnas Indonesia jangan sampai kalah dari Taiwan, main bagus dan progresif, juga menjanjikan kedigdayaan, saat bentrok di Stadion Gelora Bung Tomo, Jumat (5/9).
Kata 'kalah' sepertinya akan jadi molotov. Bagaimana tidak, peringkat Indonesia dan Taiwan, terpaut jauh. Saat ini Garuda di posisi ke-118, sedangkan Taiwan berada di peringkat ke-172.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah begitu Taiwan datang ke Surabaya tidak dengan skuad terbaiknya. Pelatih Huang Che Ming dominan memanggil pemain-pemain muda untuk melawan Jay Idzes dan kolega.
Dengan fakta ini, tak ada alasan bagi tim Merah Putih untuk tidak menang atas Taiwan. Namun, lebih dari itu, suporter Timnas butuh bentuk permainan yang menggebrak pikiran.
Fans Timnas Indonesia tak mau hanya melihat pragmatisme, tetapi juga menolak poros kuasai ball possession tanpa mampu mencetak gol. Ide dan gagasan Kluivert akan disorot tajam.
Bagaimana caranya menang atas Taiwan itu yang utama, sebab kemenangan bukan lagi tuntutan, tetapi keharusan. Metode atau sistem yang dipakai untuk menang, ini yang dicari.
Pasalnya, pisau strategi yang dipakai Kluivert di Timnas Indonesia belum kelihatan. Pendekatan menyerang dan bertahan Indonesia ala Kluivert belum menjadi metode, apalagi filosofi.
Pada saat yang sama, senjata-senjata dari pelatih sebelumnya mulai dihapus. Tak masuknya Pratama Arhan sebagai pelempar bola yang tajam, indikasi strategi lemparan dibuang.
Cara mencetak gol Timnas Indonesia lewat lini kedua, seperti Marselino Ferdinan dan Thom Haye, juga terkikis. Dalam arahan Kluivert, gol Indonesia hanya dari satu nama, Ole Romeny.
Dan, dengan Romeny absen saat melawan Taiwan karena sedang pemulihan cedera. Apa yang bisa dibuat Kluivert?
Suporter Timnas sangat menanti ide-ide kejutannya di Jawa Timur.
Analisis Indonesia vs Taiwan bersambung ke halaman kedua >>>
Melawan tim-tim Timur Tengah, Arab Saudi dan Irak, dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia butuh kecerdikan dan soliditas lini tengah.
Tim-tim Asia Barat, sukanya bermain lewat sayap dan memanfaatkan bola-bola atas. Postur tubuh dan kekuatan fisik jadi sandaran utama mereka untuk melumat lawan.
Situasi begini sudah pasti jadi kajian Patrick Kluivert dan kawan-kawan. Para ahli dari Belanda ini niscaya tak akan melewatkan satu detail pun dari karakter lawan yang perlu diantisipasi.
Hasil analisis tersebut kiranya akan dipraktikkan saat melawan Taiwan. Sekali lagi, menang atas Taiwan sama sekali tidak penting, tetapi bagaimana cara menangnya yang krusial.
Sejauh ini, lini tengah Timnas Indonesia kian menjanjikan. Kehadiran Joey Pelupessy membuat jantung permainan Indonesia, bersama Thom Haye dan pemain lainnya semakin berisi dan bertenaga.
Selain Haye dan Joey, siapa gelandang lainnya yang bisa diandalkan di tengah? Ini sebagai antisipasi jika Haye dan Joey terkendala pada Oktober 2025 nanti. Belum ada nama yang kuat.
Memang ada banyak nama, seperti Nathan Tjoe-A-On, Ivar Jenner, Ricky Kambuaya, Marc Klok, atau Beckham Putra, yang bisa jadi pilihan, namun level mainnya agak berbeda.
[Gambas:Video CNN]
Mungkin, hanya Nathan yang dikecualikan. Musim lalu Nathan mengalami musim yang sulit, tidak pernah dimainkan Swansea City dalam kompetisi.
Musim ini Nathan memutuskan hijrah dari klub kasta kedua Liga Inggris itu dengan pulang kampung ke Belanda. Kepercayaan dirinya mulai pulih dan sentuhannya semoga terkalibrasi.
Oleh sebab itu tak ada salahnya Nathan coba dikedepankan. Bagaimanapun, pemain 23 tahun ini punya karakter kuat seperti pemain Jepang, gigih; pantang menyerah; petarung.
Jalan menuju Piala Dunia 2026 sangat terjal. Kluivert tak bisa hanya mencoba mencuri hati. Yang dinanti dari pria 49 tahun ini cuma satu, bukti. Ini saatnya kalibrasi strategi.