Pengamat: Skuad Indonesia Bagus, tapi Racikan Kluivert Tak Terlihat
Pengamat sepak bola nasional, Supriyono, menganggap racikan Patrick Kluivert tidak bisa dinikmati hingga pertandingan terakhir Timnas Indonesia dikalahkan Irak hingga gagal lolos ke Piala Dunia 2026.
Posisi Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia dalam ancaman setelah Jay Idzes dan kawan-kawan gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Kekalahan dari Irak di Jeddah, Arab Saudi, Minggu (12/10) dini hari WIB, membuat Indonesia dipastikan gagal lolos.
Supriyono mengatakan wewenang pemecatan Kluivert ada di tangan PSSI. Namun, mantan pemain Timnas Indonesia mengatakan PSSI harus mempertimbangkan performa Kluivert sejak menjadi pelatih pada Januari 2025.
"[Kluivert] harus diganti atau tidaknya itu semua ada di federasi [PSSI]. Kluivert masih ada kontrak, tapi kalau dari delapan pertandingan selama dia pegang sih tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan untuk bisa lolos."
"Mengganti STY [Shin Tae Yong] adalah untuk perbaikan agar tim lebih atraktif atau kompetitif. Tapi dengan rasio kebobolan yang banyak. Skema tidak jalan, evaluasi itu harus dilakukan," ucap Supriyono kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/10).
Racikan Kluivert tidak jelas
Supriyono menganggap komposisi pemain Timnas Indonesia yang dimiliki Kluivert jauh lebih lengkap ketimbang saat masih dipegang Shin Tae Yong.
Namun, dari delapan pertandingan yang dilalui Kluivert bersama Timnas Indonesia, tidak terlihat gaya permainan pasti yang diinginkan pelatih asal Belanda itu. Hal itu, dikatakan Supriyono, harus digunakan PSSI untuk melakukan evaluasi.
"Evaluasi yang berbentuk pertanggungjawaban. Karena bahan pemainnya itu sudah bagus, puzzle-nya sudah komplet di semua posisi. Tapi racikannya tidak terlihat, ini mau bikin 'bakso', 'nasi goreng' atau 'soto'," ujar Supriyono.
"Kalau bicara Piala Dunia, pelatih juga harus punya pengalaman di Piala Dunia. Dia [Kluivert] pengalamannya baru Curacao kalau negara selain kita. Artinya, kredibilitas atau kompetisi dia di kepelatihan belum mentereng," kata mantan pemain Timnas Indonesia itu.
Permainan Timnas era Kluivert tidak bisa dinikmati
Lebih lanjut Supriyono mengatakan bukan sebuah kesalahan jika nantinya PSSI memecat Kluivert. PSSI bisa membuka lembaran baru, terutama ajang besar untuk Timnas Indonesia selanjutnya masih jauh, yakni Piala AFF 2026 dan Piala Asia 2027.
"Kita tunggu dulu evaluasi dan pertanggungjawaban seperti apa. Kalau sudah final, tinggal buka lembaran baru, terserah mau siapa [pelatihnya]," kata Supriyono.
Salah satu alasan yang bisa digunakan PSSI untuk memecat Kluivert, dikatakan Supriyono, adalah performa Timnas Indonesia tidak bisa dinikmati selama dilatih mantan pelatih Curacao itu.
"Kalau saya begini, untuk pelatih di ajang yang tinggi saja begini racikannya, mau ngapain lagi. Di SSB [Sekolah Sepak Bola] saja, ketika pelatih gagal itu evaluasi, ujungnya tahu sendirilah," ucap Supriyono.
"Saya tidak bilang [Kluivert] harus diganti, karena ada kontrak yang harus diselesaikan federasi [PSSI]. Tapi, racikannya sejauh ini tidak bisa kita nikmati dengan ekspektasi masyarakat yang besar," ujar Supriyono.
(ikw/har)