Jakarta, CNN Indonesia --
Mimpi ke Piala Dunia 2026 pupus. Hati suporter Timnas Indonesia hancur lebur. Tapi bisakah kepercayaan fans kembali lagi?
Ketua Umum PSSI Erick Thohir awalnya menargetkan Timnas Indonesia lolos Piala Dunia pada 2030. Tapi, angin impian berhembus ketika skuad Garuda punya kesempatan besar untuk melaju ke Piala Dunia 2026.
Peluang ini disikapi PSSI dengan menggenjot program naturalisasi besar-besaran. Selama era Erick Thohir, tercatat ada 18 pemain putra yang pindah kewarganegaraan. Jumlah ini terbanyak dalam sejarah.
Tujuannya jelas ingin bersaing menuju pentas dunia. Dari yang jumlahnya masih bisa dihitung jari, kini pemain naturalisasi bisa jadi starting line-up sendiri berikut pelapisnya di semua lini.
Kehadiran pemain keturunan asing ikut mendongkrak performa Timnas Indonesia. Tim Merah Putih melangkah mulus di putaran pertama, trengginas di fase kedua, kemudian bersaing ketat di ronde ketiga, hingga finis di putaran keempat.
Ada 20 pertandingan yang dijalani Timnas Indonesia dalam perjalanan di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Rinciannya, delapan kali menang, empat imbang, dan delapan kali kalah.
Dari jumlah itu, teriring catatan yang bisa jadi gambaran. Misalnya lompatan ranking FIFA dari 143 ke 119 atau jadi tim Asia Tenggara pertama yang melangkah ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia.
Namun torehan itu tertutup oleh fakta Timnas Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026. Wajar jika publik kecewa dengan kenyataan pahit ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hegemoni Garuda Mendunia, kedatangan pemain kelas 'A', plus pergantian sosok pelatih beken masih belum cukup untuk mewujudkan mimpi bersama. Ini jadi tugas PSSI untuk mengembalikan elektabilitas.
Persoalannya, membentuk persepsi publik untuk berada seiring dengan federasi bukan perkara mudah. Evaluasi besar-besaran di Timnas Indonesia dapat jadi satu langkah awal untuk mengambil hati suporter.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Tak ada pilihan selain menatap ke depan setelah Timnas Indonesia gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Proyek impian menuju pentas global harus tetap berlanjut siapapun pelatihnya.
Pengamat sepak bola nasional, Supriyono Prima, mengisyaratkan PSSI harus tetap berpegang pada visi yang diusung meski bertemu lika-liku dalam perjalanannya. Memberi kesempatan pada sosok anyar dalam kursi kepelatihan jadi salah satu langkah yang bisa dilakukan.
"Kita tunggu dulu evaluasi dan tanggung jawabnya seperti apa. Kalau [keputusan] sudah final, tinggal buka lembaran baru terserah mau siapa," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/10).
PSSI punya Direktur Teknik atau Dirtek, Alexander Zwiers yang punya tanggung jawab menentukan arah kapal Timnas Indonesia berlayar. Kontraknya masih bertahan hingga 2029 dan tugasnya masih panjang.
Zwiers diharapkan sudah punya proyeksi Timnas Indonesia. Jika ingin lolos Piala Dunia 2030, maka Zwiers bersama PSSI harus menyusun tahap-tahapnya.
Tentu tahap yang dimaksud tak melulu soal resep instan dengan blusukan mencari pemain keturunan di luar negeri. Zwiers dan PSSI perlu mendalami benar-benar akar rumput sepak bola Indonesia. Sebab, siapa tahu ada mutiara terpendam di baliknya.
Pembinaan pemain muda juga perlu diasah. Ini berkaitan dengan banyaknya pemain yang masuk kategori uzur dalam lima tahun mendatang. Alhasil regenerasi adalah keniscayaan bagi Timnas Indonesia.
Timnas Indonesia U-23 adalah masa depan skuad Garuda untuk jangka menengah. Saat ini, rata-rata dari mereka sedang menapak jenjang di klub dan pentas Asia Tenggara pada ajang SEA Games, Piala AFF U-23, dan Asian Games.
[Gambas:Video CNN]
Lalu untuk jangka panjang ada Timnas Indonesia U-17 yang akan berpentas di Piala Dunia U-17 2025. Pemain yang saat ini dibina Nova Arianto mungkin masih 'hijau' untuk lima tahun ke depan. Tapi dengan pembinaan yang benar, bukan tak mungkin mereka bisa jadi tumpuan.
PSSI perlu betul-betul menjaga pemain-pemain muda ini ada di jalur yang benar. Jangan sampai kembang jatuh sebelum mekar. Caranya? Benahi ekosistem kompetisi kelompok umur.
Pengurus PSSI di era berikutnya juga perlu selaras dengan yang ada saat ini. Sebab periode Erick Thohir hanya bertahan hingga 2027. Artinya, pembinaan dan evaluasi jangan sampai berhenti di tengah jalan hanya karena pergantian kepengurusan.
Itulah pentingnya roadmap sepak bola Indonesia. Dan penting pula mengesampingkan kepentingan segelintir pihak demi terwujudnya mimpi Garuda mendunia.