Pertandingan persahabatan timnas Palestina melawan timnas Basque di Stadion San Mames, Minggu (16/11) menjadi laga emosional korban perang panjang di Gaza di Katedral Eropa.
Dalam laga ini Palestina memang kalah 0-3, tetapi pemain Palestina tampil seperti di rumah. Tim asuhan Ihab Abu Jazar ini mendapat sambutan dari masyarakat Bilbao dan Spanyol pada khususnya, dunia internasional pada umumnya.
"Kami lebih dari sekadar tim nasional. Kami mewakili kisah kepedihan sekaligus harapan dan kami tidak sendirian," kata Ihab selepas pertandingan yang dipenuhi pesan mendalam itu, dilansir dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laga ini memang cukup emosional bagi pemain Palestina, termasuk sang pelatih. Bagaimana tidak, ayah Ihab tewas dalam serangan Israel di Gaza dan saudara-saudaranya kini tinggal di tenda-tenda pengungsian di Khan Younis.
Mendengar 51.396 orang bertepuk tangan, meneriakkan yel-yel untuk kebebasan mereka, kebebasan Palestina, Ihab merasa haru. Ihab sampai kehabisan kata-kata untuk menggambarkan letupan hatinya pada malam tersebut.
"Kami bermain bukan hanya untuk menang. Kami bermain untuk bertahan. Ini hari terpenting dalam hidup saya. Sebuah malam bersejarah yang tak terlukiskan oleh kata-kata," ucapnya dengan nada haru tertahan.
Selepas pertandingan, pemain Palestina berdiri di depan tribune utara San Mames. Suar dinyalakan. Bendera Bosque dan Palestina lantas dikibarkan dengan gagah. Momen ini membuat semua sebanyak 50 pemain saling berpelukan.
Dari salah satu stadion yang begitu dihormati hingga disebut Katedral, San Mames, keterusiran Palestina diangkat. Euskal Selekzioa, sebutan tim Basque yang tidak diakui FIFA berlaga dengan penuh suka cita untuk kedamaian dunia.
Adapun seluruh hasil penjualan tiket disumbangkan untuk bantuan Palestina yang dijalankan oleh Medecins sans Frontieres (Dokter Lintas Batas). Tiket laga ini tersebut terjual habis dan pertandingan disiarkan secara langsung di TV Basque.
(abs/abs/jun)