Pelatih Manchester United (MU) Ruben Amorim mengaku ogah memiliki dan menggunakan media sosial. Mengapa demikian?
Sejak jadi pelatih Setan Merah, julukan MU, Amorim kerap jadi sasaran emosi fan klub. Apalagi performa tim asuhannya naik turun. Selama 13 bulan ini hari-hari Amorim penuh gejolak.
Sebuah riset di Inggris, dilansir dari Tribuna, menyebut pemain dan pelatih sepak bola kerap jadi sasaran amuk netizen atau warganet. Hampir dua ribuan kata kasar muncul setiap pekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari cacian atau kata kasar di media sosial tersebut, pelatih jadi sasaran amuk utama. Persentasenya mencapai 82 persen. Dan, Slot jadi salah pelatih yang namanya sering disebut.
Namun, bagi Amorim, hal normal seorang pelatih klub jadi sasaran amuk. Pelatih dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Dan, Amorim sadar betul hal tersebut.
"Itu normal dalam profesi apa pun, ketika Anda terpapar [pengaruh media sosial]. Saya tidak membacanya. Saya melindungi diri sendiri," kata Amorim, dilansir dari Tribuna.
"Saya tidak menonton TV ketika membicarakan Manchester United. Bukan karena saya tidak setuju, sebagian besar saya setuju, tetapi itu cara saya untuk tetap sehat," ujarnya.
Amorim juga mengakui kehilangan peluang pemasukan dari media sosial seperti. Namun, ia tidak menyesal. Baginya, kesehatan mental lebih baik daripada terpapar pengaruh negatif.
"Perasaan saya sebagai pelatih sudah cukup. Saya tidak butuh perasaan lain. Satu-satunya cara, tidak ada cara lain, adalah melindungi diri saya sendiri," ujar pria asal Portugal ini.
"Saya kehilangan uang dari sponsor. Di Instagram saya bisa menghasilkan banyak uang [tetapi] demi melindungi keluarga dan menjalani kehidupan normal, itu tidak sepadan," katanya.
(abs/sry)