Anak Tukang Pijat Keliling Raih Emas SEA Games: Bapak, Aku Berhasil
"Bapak, aku berhasil, Pak. Aku dapat emas. Aku bisa," ucap Jefri Hamonangan Lumbanbatu berulang kali, seusai meraih medali emas SEA Games 2025.
Saat berada di atas ring, Jefri tampak gagah. Seorang juara yang berdiri tegak dengan tangan terangkat. Namun, kisah sesungguhnya baru dimulai ketika ia turun dari arena.
Di ruang ganti atlet, suasana berubah hening. Jefri menangis. Bukan isak biasa, tetapi luapan emosi yang selama ini tertahan. Tangisnya pecah sejadi-jadinya.
Ia berjalan menghampiri patung Yesus dan salib yang ada di sudut ruangan. Tubuhnya tertunduk. Suaranya bergetar. Terdengar jelas oleh siapa pun yang berada di dalam kalimat untuk sang ayah.
Ayahnya wafat setahun lalu, di tengah masa persiapan menuju SEA Games 2025. Sosok yang selama ini menjadi sandaran moral, pergi saat ia sedang merintis karier.
Rekan setim dan pelatih, yang ada di dalam ruangan, memilih diam. Mereka memberi ruang. Membiarkan Jefri menumpahkan beban yang selama ini dipikul seorang diri.
Setelah emosinya mereda, Jefri mengangkat ponsel. Ia menelepon keluarganya. Video call tersambung. Ia memberi kabar kepada sang ibu; mamak, bahwa emas itu telah diraih.
Namun air mata kembali jatuh. "Mak, Bapak pasti sudah bahagia. Ini doanya Bapak, Mak," kata Jefri dengan air mata yang terus jatuh. Ia menangis bukan karena lelah bertanding.
Ia ingat pada rumah kecilnya di kampung, pada empat adik yang masih membutuhkan biaya sekolah, juga pada ibunya yang hingga kini masih mengais rezeki sebagai tukang pijat keliling.
Pada Selasa (16/12) sore itu, Jefri berdiri tegak di atas ring John Paul II Sports Center, Assumption University, Bangkok. Jefri menyelamatkan wajah kickboxing Indonesia.
Jefri datang ke SEA Games 2025 nyaris tanpa persiapan ideal. Ia dipanggil mendadak. Tak ada pemanasan panjang, tapi tak ada keluhan. Dan, ring menjadi saksi.
Pada partai final nomor K-1 60 kilogram putra, Jefri berhadapan dengan petarung tuan rumah, Akkrit Kongtook. Pertarungan berlangsung ketat sejak ronde pertama.
Jefri sempat tertinggal. Ia terpancing ritme lawan, dan ditekan sorakan publik tuan rumah. Namun ia bertahan. Ia membaca celah, menyamakan kedudukan, lalu menang 2-1.
Emas Jefri bukanlah hasil kebetulan. Emas diraih dari proses perjalanan panjang seorang anak pertama yang sejak muda sadar bahwa hidup tidak memberinya banyak pilihan.
Kickboxing menjadi jalannya. Bukan sekadar olahraga, tetapi untuk mengubah nasib keluarga. Setiap hari ia berlatih. Menempa fisik dan mental, menahan lelah, menelan kecewa.
Jefri pernah mencoba peruntungan lain. Ia melamar masuk Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia, berulang kali, saat ayahnya masih hidup. Namun, selalu gagal.
Dari kegagalan itu, ia kembali ke ring, ke bela diri. Dua bulan setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Aceh-Sumatra Utara, sang ayah tercinta meninggal dunia.
Dari emas PON 2024 pula, Jefri mampu mewujudkan pesan terakhir sang ayah. Membeli rumah sederhana untuk keluarga. Rumah pertama yang mereka miliki.
Kini, melalui emas SEA Games 2025, Jefri kembali menyimpan harapan. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk masa depan adik-adiknya. Asa untuk keluarga tercintanya.
Jefri berharap Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto bisa memberinya jalan. Jefri berharap mendapat kesempatan mengabdi melalui jalur TNI atau Polri.
"Saya anak pertama, punya empat adik. Ayah sudah tidak ada. Saya tulang punggung keluarga," ujarnya menuturkan, berharap suara lirihnya didengar orang nomor satu Indonesia tersebut.
(abs/jun)