Wasit Jepang Belajar Bahasa Kasar Indonesia demi Pahami Umpatan Pemain
Wasit Jepang yang bertugas di Super League 2025/2026, Yudai Yamamoto ingin belajar umpatan Indonesia demi memahami situasi.
"Sebagai wasit tentu jika mendapatkan kata-kata yang tidak pantas berpotensi mendapat hukuman," kata Yamamoto dalam jumpa pers di kantor I.League, Jakarta, Senin (22/12).
"Dari saya sendiri, sebuah keharusan belajar bahasa Indonesia untuk menjaga ketertiban pertandingan," ucap wasit yang sudah enam kali memimpin pertandingan Super League ini.
Yamamoto diperkenalkan sebagai wasit asing permanen mulai putaran kedua Super League 2025/2026. Wasit 42 tahun itu juga diproyeksikan bertugas hingga paruh musim Super League 2026/2027.
Wasit yang mengantongi lisensi FIFA sejak 2011 tersebut total sudah 22 kali mengeluarkan kartu kuning dari kantongnya. Namun, tak ada kartu merah yang diberikan ke pemain.
Ditanya soal alasan 'pelit' mengeluarkan kartu merah, wasit kelahiran Kyoto itu mengaku berupaya objektif di setiap momen pertandingan.Ia selalu hati-hati dalam mengambil keputusan.
"Saya orang yang lembut, tapi di atas lapangan tentu harus ada garis batas antara wasit dan pemain. Saya harus mampu mengeluarkan keputusan yang tepat," kata Yamamoto.
"Kebetulan saja tidak ada kartu merah [dari enam laga Super League 2025/2026]. Ya, itu hanya kebetulan," ujarnya menjelaskan alasan belum mengeluarkan kartu merah di Indonesia.
Yamamoto berpendapat, karakter pertandingan di Liga Indonesia berbeda dibanding Liga Jepang, termasuk Liga Australia, Liga Polandia, hingga pertandingan Kualifikasi Piala Dunia.
"Permainan di Liga Jepang lebih konsisten soal 'pace' atau tempo pertandingan. Sedangkan di Indonesia, aspek tersebut cenderung tidak konsisten," ucapnya.
(ikw/abs/abs)