Jakarta, CNN Indonesia -- Pasar mobil mewah, khususnya yang didatangkan utuh ke Indonesia dapat dikatakan masih jauh dari kata sempurna. Penjualannya mengkhawatirkan, lantaran tidak jarang masyarakat tanah air memilih membeli mobil idaman di luar negeri ketimbang membeli secara langsung.
Presiden Direktur Prestige Image Motorcar Rudy Salim, yang juga sebagai pelaku importir mobil premium, mengungkapkan hal itu ditengarai pajak yang dibebankan kepada mobil berkategori mewah bernilai selangit.
"Jadi cari uang, para pengusaha itu akhirnya pilih beli di luar negeri, banyak sekali yang seperti itu. Nah kalau di Indonesia mau pakai pajak terlalu tinggi, di luar negeri bisa beli dua. Jadi mereka tidak mau beli," kata Rudy di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, Rudy merasa, hingga kini pemerintah belum memberikan perhatian lebih dengan masih membebankan pajak selangit kepada mobil mewah. Padahal, ia melanjutkan, dengan adanya mobil mewah dapat menjadi indikasi jika suatu negara pada masa tahap maju dan berkembang.
"Padahal harusnya didukung, tidak ada salahnya. Biarpun memang ada bangsa kita lihat dalam situasi sulit, tapi kan ada secercah harapan bahwa Indonesia itu iklim investasi baik kok," kata dia.
"Contohnya, Monaco itu semua sportcar, supercar, dan negara-negara itu menganggap adalah kebanggaan mereka. Berhasil membawa para investor dan pengusaha maju dan menikmati barang itu di negara tersebut," ujarnya melanjutkan.
Lebih masuk akal, menurut Rudy pemerintah lebih membebani biaya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), ketimbang pajak masuk seperti saat ini. Ia beranggapan, para pemilik mobil mewah tidak akan keberatan, semisal pemerintah lebih membebankan STNK setiap tahunnya.
"Uang dari itu bisa perbaikan infrastruktur dan sebagainya. Pemasukan tiap tahunnya jadi lebih banyak dibandingkan, pajak masuk ditinggiin. Nah ini mobilnya aja tidak masuk, tidak sempet bayar STNK, masuk aja kaga. Jadi buat apa, cuma menghambat pemasukan," ungkapnya.
Lagi pula dengan sistem tersebut, ia menambahkan, bahwa tidak ada produsen otomotif di dalam negeri yang akan tersaingi.
"Lain urusan kalau Indonesia punya pabrik supercar dari BUMN. Otomatis kami memproteksi BUMN supercar, jangan tersaingi sama luar. Tapi kan tidak ada, makanya tidak ada salahnya," kata Rudy.
(pit)