Suu Kyi Tuding Berita Palsu Buat Krisis Rohingya Makin Rumit

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Kamis, 07 Sep 2017 12:35 WIB
Suu Kyi mengeluhkan berita palsu membuat situasi negaranya menjadi semakin runyam. Lantaran hal tersebut membuat konflik makin runcing.
Suu Kyi mengeluhkan bahwa beredarnya berita yang salah kaprah membuat situasi terkait konflik di Myanmar kian rumit (dok. REUTERS/Jorge Silva)
Jakarta, CNN Indonesia --
Melalui sambungan telepon kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pemenang Nobel Peace Prize tersebut mengatakan keberadaan berita palsu membuat situasi menjadi semakin runyam. 

Dia mengatakan "kesalahan informasi ini bagai puncak gunung es besar yang menyebabkan banyak masalah di antara komunitas yang berbeda. Tujuannya untuk mempromosikan kepentingan para teroris".

Padahal, menurut Suu Kyi pemerintah sudah berusaha membela sebisa mungkin masyarakat Rakhine di mana kerusuhan terjadi, demikian dilaporkan BBC


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Namun berdasarkan penelusuran BBC, pernyataan Suu Kyi ini memang beralasan. Sebab, dari jutaan cuitan mengenai krisis Rohingya sebagian besar diantaranya adalah salah. Kebanyakan foto yang beredar secara online itu mengambil foto dari krisis di tempat lain. 

Hal ini terjadi pada wakil perdana menteri Turki Mehmet Simsek. Ia dituduh telah melakukan penyesatan karena mencuitkan tentang krisis Rohingya lewat akun Twitternya. Sebab, foto yang ia cuitkan adalah foto-foto dari banjir Nepal dan genosida Rwanda, demikian diberitakan The Irawaddy. Hal-hal seperti ini membuat situasi makin membingungkan dan rumit.

Di sisi lain, BBC menuding bahwa pemerintah Myanmar memang tidak kooperatif dengan media, sehingga informasi yang salah menjadi tak terbendung. 


"Kabar palsu adalah hasil dari pemerintah yang tidak mengizinkan akses media ke daerah-daerah yang bermasalah," tulis BBC seperti dilaporkan Tin Htar Swe, koresponden yang bertugas di Burma sebagaimana dituliskan Fastcompany, Kamis (7/9).

Sebanyak 123 ribu etnis Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak 25 Agustus karena desa mereka diratakan dengan tanah dan penduduk Muslimnya dipersekusi oleh tentara Myanmar. 

Setidaknya 400 orang tewas dan diperkirakan akan terus bertambah sejak bentrokan pecah. Sekitar 125 ribu orang Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke berbagai tempat, terutama ke Bangladesh.

Dalam laporan terakhir, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan sejauh ini telah memberikan bantuan sedikitnya US$1 juta atau Rp13 miliar untuk membantu warga Rakhine yang tengah dilanda konflik kemanusiaan antara militer Myanmar dan warga etnis minoritas Rohingya.
(eks)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER