Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko akhirnya buka suara soal bus bertenaga listrik dari PT Mobil Anak Bangsa (MAB). Ditemui di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Selasa (14/2), Moeldoko mengatakan kendaraan ramah lingkungan yang dinamakan Maxvel itu pantas untuk dibanggakan.
Moeldoko terlihat serius mengembangkan kendaraan listrik tersebut demi segera terealisasi mobil listrik nasional karya anak bangsa. Selanjutnya sebagai bentuk apresiasi, Moeldoko membuat sebuah progam yang memberikan hak saham kepada karyawan yang berkontribusi terhadap bus listrik.
"Saya harapkan (bus listrik) nanti itu menjadi miliknya anak bangsa. Makanya saya akan
share (bagikan) lima persen (saham) akan saya diberikan kepada anak Indonesia siapa pun yang bisa berkontribusi atas pengembangan mobil listrik ke depan. Mungkin bisa dari desain, lalu hal lain. Banyak yang bisa dikembangkan, dari suspensi,
steering sistemnya dan lainnya. Lalu kelistrikan juga. Masih banyak yang diperlukan keterlibatan anak-anak kita ini," kata Moeldoko kepada
CNNIndonesia.com.Selama ini, PT MAB sudah merakit lokal bus listrik. Meski tidak menyebutkan secara detail lokasi perakitannya, namun Moeldoko terus berusaha meningkatkan kandungan lokal bus Maxvel seiring bertambahnya kapasitas produksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Meoldoko, sejauh ini sudah ada sejumlah perusahaan asing yang tertarik mengajukan kerjasama dengan PT MAB.
"Jadi kalau kami hitung-hitung berapa persen dari total lokal konten MAB, ya kurang lebih 60 persen lokal konten. Dalam pengembangan ke depan, kami belum bermitra tetapi
brainstorming sudah mulai beberapa perusahaan asing mendekat ke kami. Di antaranya dari Jerman ya, mereka juga ingin
mass produksinya di Indonesia. Di antaranya seperti pengembangan suspensi,
steering system, brake system," jelas Moeldoko.
"Dan kami kemarin empat hari berdiskusi dengan pihak mereka. Mudah-mudahan nanti kami bisa kerjasama dengan mereka. Berikutnya dari Korea Selatan, kemarin saya terima sendiri. Pengembangan ke depan untuk baterai kontrol ya, berikut baterai dan interior. Lalu charging baterai yang lebih cepat lagi," jelas Moeldoko.
Menurut Moeldoko, kekurangan adalah lamanya pengisian daya baterai dari kosong hingga penuh memakan waktu dua sampai tiga jam. Meoldoko yakin cara tersebut masih bisa dipercepat dengan perangkat
fast charging.
"Kami sekarang masih dua setengah jam ya (sekali pengisian). Tapi itu bisa jalan kurang lebih (sejauh) 250-300-an km. Ke depan harus lebih cepat (proses pengisian daya listrik)," tutup Moeldoko.
(mik)