Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan mobil listrik di Indonesia masih menjadi perdebatan hangat. Fenomena alam seperti banjir, ketersediaan stasiun pengisian mobil listrik hingga daur ulang baterai mobil listrik masih menjadi kendala mobil listrik.
Namun terlepas dari permasalahan itu, untuk material baterai mobil listrik, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi penyuplai komponen inti baterai mobil listrik yang bisa dimanfaatkan, yaitu mineral kobalt.
Indonesia punya sumber bahan baku untuk pembuatan komponen baterai, seperti nikel murni, contohnya sudah ada industri pengolahan nikel murni di Morowali dan Halmahera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini siap mendukung perkembangan mobil listrik di Indonesia dan siap membantu pemerintah untuk mewujudkan udara bersih pada 2025. Selain Indonesia, negara Kongo juga bisa dijadikan sebagai negara penyuplai komponen utama baterai mobil listrik mengutip AFP, Senin (4/6).
Penjualan mobil listrik di naik sebesar 54 persenBerdasarkan International Energy Agency (IEA), di negeri tirai bambu China pertumbuhan mobil listrik di sana mencapai 25 persen, meski pangsa pasar berada di angka 2,2 persen.
Benua Eropa seperti Norwegia tercatat memiliki penjualan mobil listrik dengan pangsa pasar tertinggi, sekitar 39,2 persen.
Hasil itu sejalan rencana awal Uni Eropa yang telah berkomitmen untuk memotong 40 persen dari emisi gas rumah kaca sejak tahun 1990 dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
Negara-negara di Eropa memang mulai gencar menghilangkan kendaraan bensin dan solar. Pada tahun 2016, Jerman mengeluarkan undang-undang yang menyarankan larangan kendaraan konvensional masuk ke Uni Eropa, serta Belanda yang menyarankan hal serupa pada tahun 2025.
Sementara Prancis, rumah bagi industri otomotif terbesar kedua di Eropa setelah Jerman, telah melangkah lebih jauh dengan mengumumkan rencana untuk mengakhiri penjualan kendaraan yang mengluarkan emisi pada tahun 2040.
"Pasar utama berdasarkan volume (China) dan penjualan (Norwegia) sebagai contoh suksesnya kebijakan mobil listrik," kata IEA.
"Ke depan, sinyal kebijakan saat ini yang paling kuat berasal dari mandat mobil listrik di China dan California, serta usulan terbaru Uni Eropa tentang standar emisi karbon dioksida (CO2) untuk 2030."
Sejumlah manufaktur otomotif memiliki keyakinan bahwa kendaraan bertenaga listrik terbukti menjadikan udara lebih bersih.
(adf/mik)