Jakarta, CNN Indonesia -- Terjebak di kabin mobil saat gempa dan tsunami seperti terjadi di Palu dan Donggala merupakan pengalaman mengerikan yang bisa menimpa siapa saja. Panik sampai bikin tidak tahu apa yang harus dilakukan bisa saja terjadi.
Lantas sebenarnya apa yang harus diperbuat dalam kondisi itu?
Menurut praktisi keselamatan berkendara tetap berada di kabin memberikan peluang buruk ketika gempa. Melarikan diri dari mobil dan menjauhi bangunan tinggi merupakan hal yang direkomendasikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menyinggung pentingnya tindakan preventif saat mengemudi, yaitu tetap konsentrasi dan berkelanjutan mengamati kondisi sekitar. Jusri menjelaskan bila gempa mulai terasa ke kabin, penumpang segera mencari tempat aman.
"Segera tinggalkan lokasi, misalnya di sana ada gedung, tiang listrik atau baliho yang tinggi. Cari tempat terbuka ya," kata Jusri saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (1/10).
Strategi yang sama dikatakan juga berlaku saat mobil melaju di bawah jembatan layang. Jika kondisinya sedang ramai lalu lintas, evakuasi seharusnya lebih cepat dilakukan.
"Kalau lalu lintas padat tentu tidak bisa kemana-mana, makanya mending langsung keluar saja cari dulu tempat yang terbuka," ucap Jusri.
Strategi meninggalkan mobil dan melarikan diri juga direkomendasikan dilakukan bila berada di ruang bawah tanah. Asumsinya, mobil tidak bisa dikemudikan leluasa seperti gerakan manusia di lingkungan seperti itu, misalnya saat menghindari reruntuhan.
"Mobil itu susah kalau kita ajak cari perlindungan di
basement. Makanya segera keluar dari mobil," ujarnya.
Menghadapi TsunamiJusri juga menjelaskan hal yang direkomendasikan bila sedang mengemudi di pinggir pantai berpotensi tsunami, yaitu memacu kendaraan secepat mungkin ke daratan lebih tinggi. Bila diukur mobil hanya bisa melaju 20 km per jam, maka tindakannya yaitu secepat mungkin meninggalkan mobil.
"Biasanya kalau sudah begitu orang ramai di jalan, jadi lebih baik kita keluar dari mobil dan mencari tempat terbaik untuk berlindung. Bisa ke gedung tinggi atau apapun yang lebih tinggi dari pesisir pantai," ujarnya.
Misalnya saja kondisinya mobil sebagian sudah terendam air, namun pengemudi menilai masih bisa mengemudi ke tempat aman, hal yang perlu dilakukan adalah membuka semua jendela.
"Buka semua kaca antisipasi mobil terendam semua, jadi kita tetap bisa buka pintu karena dorongannya jadi tidak berat kalau kaca dibuka. Ini juga mengantisipasi kalau mobil sewaktu-waktu korsleting, kalau sudah
error pasti kaca malah tidak bisa kebuka. Beda kalau mobil masih manual buka kacanya," kata Jusri.
Jusri menambahkan poin paling utama dalam menghadapi masalah potensi terjebak di kabin adalah jangan panik. Jusri mengatakan jika sudah panik, segala sesuatu yang dikerjakan pasti berjalan tidak sempurna.
(ryh/fea)