Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah sukses meluncurkan Confero dan
Cortez,
Wuling Motors Indonesia masuk ke segmen
sport utility vehicle (SUV) dengan Wuling Almaz pada Februari 2019. Di China, Almaz dinamai Baojun 530 yang memiliki peluang mengganggu DFSK Glory 580 hingga Honda CR-V.
CNNIndonesia.com sempat menjajal senjata baru Wuling ini di lintasan balap saat perkenalan perdananya di Indonesia. Namun itu belum cukup tanpa merasakan Almaz di lintasan perkotaan dan luar kota.
Bersama sejumlah media nasional, saya menggunakan Almaz bertolak dari Jakarta menuju Sukabumi dan finish di Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sulit mengatur posisi duduk agar nyaman selama perjalanan. Kursi sopir sudah tersedia pengaturan elektrik. Hanya menekan tombol-tombol yang tersedia, maju-mundur dan menegakkan atau sedikit merebahkan sandaran kursi menjadi begitu mudah. Lingkar kemudi juga sudah memiliki pengaturan naik dan turun meski masih manual.
Impresi awal mengendarai SUV ini cukup menyenangkan. Meski bodinya agak bongsor, tetapi selap-selip di jalur bebas hambatan kala lalu lintas padat terasa tidak menyulitkan.
Terasa mesin turbo 1.451 cc punya daya maksimal 140 tenaga kuda pada RPM 5.200 dan transmisi CVT 8-percepatan cukup responsif saat mode berkendara dialihkan ke mode berkendara sport. Seting ECU menyesuaikan untuk aktivitas mengendarai Almaz di lintas luar kota dengan kondisi jalan ramai lancar.
Rombongan Almaz harus menyelesaikan etape pertama di Bogor untuk beristirahat. Tak berapa perjalanan menuju Sukabumi kembali dilanjutkan. Kali ini saya memilih duduk sebagai penumpang di kursi baris kedua. Rekan yang mengambil alih kemudi langsung 'ngacir' ke lokasi tujuan.
 Kursi baris kedua Wuling Almaz. (Foto: Dok. Istimewa) |
Sebagai PenumpangKursi baris kedua terasa lega ukuran penumpang tinggi badan 184 sentimeter (cm). Saya tidak merasa sempit baik dari sisi kaki, maupun ruang kepala.
Almaz memang dikenal menyuguhkan kelapangan kabin berkat dimensi panjang 4.655 mm, lebar 1.835 mm, tinggi 1.760 mm, dan jarak antar sumbu roda 2.750 mm.
Untuk menunjang kenyamanan seisi kabin seluruh jok sudah dilapisi kulit. Duduk di baris kedua juga tak perlu khawatir baterai telepon genggam habis, sebab ada colokan usb yang siap mengisi daya baterai.
Rekan yang mengambil alih kemudi terlihat keasyikan mengendarai Almaz. Saat masuk jalur bebas hambatan menuju Sukabumi, Ia terpacu membuktikan kenyamanan mobil dalam kecepatan tinggi.
Pada layar MID, jarum menyentuh kecepatan 160 km per jam pada RPM 5.500, sementara kondisi kabin belum bising.
Product Planning Wuling Motors Indonesia Danang Wiratmoto mengatakan turbo pada mesin Almaz sudah bekerja dengan maksimal saat RPM tersebut baik dalam mode eco maupun sport.
 Almaz memang dikenal menyuguhkan kelapangan kabin berkat dimensi panjang 4.655 mm, lebar 1.835 mm, tinggi 1.760 mm, dan jarak antar sumbu roda 2.750 mm. (Foto: Dok. Istimewa) |
Mobil 'Goyang' di CikidangTiba pada waktunya memasuki jalur Cikidang. Jalur ini sangat populer untuk sampai di Pelabuhanratu karena menyuguhkan jalan menanjak dan menurun disertai tikungan tajam. Belum lagi lebar jalan terbatas yang membutuhkan keahlian pengendara.
Suspensi depan McPherson strut- coil spring dan belakang Trapezoidal Multi link- independent mampu meredam getaran dan bantingan selama perjalanan dengan cukup baik. Artinya kenyamanan Almaz benar-benar teruji.
Selama 'bermain' di Cikidang, kombinasi suspensi yang mengikat sasis monokok terbilang sukses meminimalisir efek limbung. Sebagai penumpang belakang tentu ini menjadi poin tambahan, sebab itu mengurangi efek mual saat 'terombang-ambing'.
Hingga akhirnya kami menemui jalur yang didominasi dengan tanjakan lurus. Dalam kondisi itu rasanya tidak perlu khawatir, sebab mobil Almaz mampu meladeni jalan itu berkat fitur
automatic vehicle holding (AVH).
Rombongan akhirnya sampai di tempat peristirahatan dan menginap di salah satu hotel di Pelabuhanratu.
 Kombinasi suspensi yang mengikat sasis monokok terbilang sukses meminimalisir efek limbung. (Foto: Dok. Istimewa) |
Hari KeduaPerjalanan menuju Bandung dimulai pukul 10.00 WIB. Cuaca cerah pagi itu menambah semangat rombongan Almaz menuju 'Kota Kembang'. Saya kembali mengambil alih kemudi di hari kedua dalam kesempatan media test drive Wuling Almaz.
Ruangan kabin terasa nyaman selama perjalanan. Suhu panas dalam kabin pun berhasil kami atasi melalui pendingin ruangan yang bisa diaktifkan lewat layar sentuh 10,4 inci.
Sesekali penumpang depan 'bermain-main' layar unit ala Tesla. Wajar layar besar itu dapat terintegrasi dengan telepon genggam, meski sekadar menampilkan
google maps yang ada di telepon genggam via kabel.
Musik dari penyanyi kesukaan yang keluar dari speaker Infinity Audio System by Harman juga menjadi pelengkap kami pagi itu.
Karakter lintasan yang tak jauh berbeda dengan hari pertama. Bila rekan saya sebelumnya yang memilih mode manual untuk naik turun membelah bukit, kali ini saya lebih memilih mode otomatis transmisi.
Memang ada gejala turbo lag saat menggunakan mode otomatis. Meski bukan merupakan pilihan tepat untuk berakselerasi secara agresif, tapi tenaga yang dilontarkan dalam mode otomatis ini sudah cukup untuk jalan menanjak di perkotaan.
Namun untuk perjalanan luar kota yang kondisi jalan menanjak dengan kemiringan ekstrem lebih baik gunakan mode manual.
Matahari mulai meninggalkan Jawa Barat. Beberapa tempat sudah kami lalui, tidak terasa perjalanan pun berakhir di Bandung. Dari keterangan MID, jarak dari Jakarta-Sukabumi-Bandung totalnya mencapai 426 km perjalanan.
 Di China, Almaz dinamai Baojun 530. (Foto: Dok. Istimewa) |
KesimpulanAlmaz boleh dibilang menjadi pembuktian Wuling dalam industri otomotif nasional untuk berkompetisi di segmen SUV medium yang sudah disesaki merek mobil Jepang. Ini tentu harus diwaspadai lantaran strategi Wuling masih sama seperti sebelumnya, yaitu menyajikan mobil bertabur fitur, namun harga di bawah kompetitor.
Fitur pada mobil ini cukup lengkap dan fungsional plus desain eksterior yang sudah kekinian.
Meski Almaz berpeluang besar menyaingi merek lain, tetap pada umumnya Wuling harus waspada dengan pergerakan kompetitor melalui produk dan strategi bisnis. Perlu diingat juga Wuling masih menjadi pemain baru yang usianya di Indonesia belum genap tiga tahun.
Artinya 'ujian' berat masih menghadang di depan setidaknya menjawab soal kualitas produk dalam kurun waktu lima tahun.
(mik)