Jakarta, CNN Indonesia -- Induk perusahaan otomotif
Mercedes-Benz, Daimler akhirnya mengumumkan mulai melakukan restrukturisasi karyawan demi menyelamatkan perusahaan yang dinilai mengalami mulai kerugian dalam beberapa waktu terakhir. PHK massal yang dilakukan perusahaan diyakini untuk mengurangi beban perusahaan.
Dikutip dari AFP, Jumat (15/11), hasil analisa internal Daimler bahwa pemberhentian karyawan bisa menghemat keuangan perusahaan hingga US$ 1,1 miliar atau Rp15,5 triliun.
Raksasa otomotif Jerman dikabarkan mendapat sandungan atas kasus
dieselgate hingga mengharuskan perusahaan membayar denda 870 juta euro atau sekitar Rp13,5 triliun yang diputuskan pengadilan Jerman dua bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa penuntut Stuttgart mengatakan denda terkait dengan temuan sekitar 684.000 unit mobil penumpang berdasarkan temuan Badan Transportasi Motor Federal Jerman (KBA) bahwa Mercedes-Benz C-Class dan E-Class dengan mesin diesel menggunakan perangkat lunak memanipulasi emisi gas buang.
Padahal pemanufaktur tengah fokus peralihan menuju kendaraan listrik dan teknologi otonom yang disebut menghabiskan dana hingga miliaran dolar.
"Pada akhir 2022, Mercedes-Benz Cars [divisi mobil penumpang] berencana untuk menghemat lebih dari 1 miliar euro untuk biaya operasional. Untuk itu, pekerja harus dikurangi," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Media cetak Jerman, Sueddeutsche Zeitung pekan lalu memberitakan Daimler akan PHK 1.100 karyawan atau memangkas sepersepuluh dari karyawan senior Daimler.
Sementara itu industri otomotif Jerman secara keseluruhan tengah mengalami perlambatan, salah satunya imbas dari konflik perdagangan AS-China dan 'ketidakpastian' Brexit.
Daimler sendiri mencoba bertahan dari terpaan 'badai' yang tidak bisa diprediksi kedatangannya.
Perusahaan mengalami rugi bersih (net loss) 1,2 miliar euro (setelah dipotong bunga dan beban pajak lainnya) pada kuartal kedua 2019, artinya kerugian tiga bulan pertama dalam 10 tahun.
Akibatnya, Daimler membatasi investasinya dalam penelitian dan pengembangan (RnD) untuk beberapa waktu ke depan, termasuk divisi Daimler Truk.
(afp/mik)