Praktisi keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu angkat bicara mengenai protes pegiat antikorupsi yang juga mantan peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho terkait pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Indonesia.
Sebelumnya Emerson mengirim surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo perihal pungutan liar atau pungli serta proses yang rumit dalam pembuatan SIM. Ia menyoroti tes tertulis yang tidak transparan serta ujian praktik yang dinilai tidak masuk akal.
Bahkan ia menyebut pebalap legenda Moto GP Valentino Rossi tak akan lolos jika bikin SIM di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jusri berkata apa yang disampaikan Emerson mungkin belum bisa dikatakan benar atau salah. Ia menceritakan pengalamannya mengenai tes tertulis pembuatan SIM 10 tahun lalu.
"Saya tes tertulis 10 tahun lalu dan memang tidak lulus dan mengulang. Tapi hasil tidak lulus dikasih tau dan apa yang saya jawab memang tidak benar. Jadi kita tau ini salah meski yang benarnya tidak diketahui," ujarnya saat dihubungi, Jumat (8/10).
Ia mengatakan tes tertulis saat itu masih menggunakan kertas atau manual, tanpa komputer.
"Saya tidak tau kalau sekarang apa sudah menggunakan komputer. Dan di luar negeri yang saya tau dan pernah saya rasakan itu memang menggunakan komputer. Tapi itu tidak bisa langsung kita komparasi, untuk referensi bisa," katanya.
Berikutnya soal tes praktik. Bagi Jusri tes praktik di Indonesia bukan perkara sulit atau tidak lantaran masih banyak juga masyarakat yang lolos atau tidak semua gugur dan diminta mengulang.
Ia mengatakan penilaian mengenai tes praktik di Indonesia cukup subjektif.
"Jadi gini, tes ini tentu buat semua orang yang belum pernah nyobain tentu sulit dan bisa gagal," kata dia.
Jusri mengatakan tapi hal tersebut dinilai tidak perlu diubah, melainkan menambah sistem baru yakni dengan mengadakan pelatihan terlebih dahulu kepada pemohon SIM.
"Jadi ya gitu kalau sudah terbiasa tentu mudah. Kenapa karena semua harus terbiasa, karena kan dari kendaraannya saja bukan pegangan kita. Kenapa pak polisi saat beri contoh jago, karena sudah terbiasa," ucap dia.
"Lalu soal diminta mengulang dengan jangka waktu dua pekan, saya rasa itu semua wajar," tutup Jusri.