RODA-RODA GILA

Gelut Sopir Truk Air Minum Galon Cari Rezeki Saat Bulan Puasa

CNN Indonesia
Minggu, 17 Apr 2022 11:10 WIB
Sidiq, sopir truk galon air mineral yang terus mengais rezeki saat puasa bulan Ramadan. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aktivitas bongkar muat siang itu tidak terlalu padat. Hanya ada satu truk berkelir kuning yang tampak sibuk mengosongkan muatan berisi ratusan galon air mineral.

Satu per satu galon itu digelindingkan dari atas menggunakan media papan yang kemudian disambut pekerja lain di ujung bak truk. Cara ini disebut membuat lebih gampang menurunkan muatan yang per satu galonnya berisi sekitar 19 liter tersebut.

Ratusan galon itu hendak dipindah dan disimpan ke gudang agen air mineral yang kemudian dipasok ke para penjual retail.

"Sebentar saya turun ya, nanggung sedikit lagi," kata Sidiq dari atas truk saat saya jumpai di lokasi.


Area berupa lahan di Jalan Raya Bogor, Depok, Jawa Barat ini memang menjadi markas beberapa unit usaha yang melibatkan kendaraan niaga, seperti pengusaha pasir, perjalanan wisata, hingga agen air mineral.Tidak jauh dari sana terlihat beberapa bus pariwisata dan satu truk pasir menganggur yang mengisi pemandangan.

Bahkan lokasi ini juga dikenal sebagai 'kantong parkir' mobil-mobil besar yang kerap dipakai para sopir merehatkan tubuh usai berkeringat mencari rezeki.

Sidiq sendiri merupakan pengemudi truk ekspedisi yang membawa pengiriman galon itu.

"Hari ini kebetulan hanya satu pengiriman aja. Ya ke sini doang, satu rit, abis itu selesai," kata Sidiq.

Sidiq saat itu menyelesaikan pengiriman tanpa ditemani kenek. Ia mengaku sudah biasa nyetir truk tanpa kenek sehingga semua dilakukan sendiri.

Untuk satu kali pengiriman, truk yang dikemudikan Sidiq dapat membawa sekitar 15 ton muatan dalam bentuk air galon.

"Kalau di tempat saya memang tidak ada keneknya, soalnya kan untuk naikin atau nurunin juga sudah ada timnya. Tapi tidak apa-apa sih, aman kok bawa truk sendirian," ucap dia.

Penghasilan menipis

Sidiq adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasakan seret pendapatan saat masuk bulan puasa. Dia mengatakan selama Ramadan permintaan air mineral menyusut sebab biasanya jika pengiriman ditujukan ke Depok, itu akan dilakukan dua kali dalam satu hari.

Ekspedisi tempatnya bekerja diketahui bekerjasama dengan perusahaan air mineral terkemuka yang bermarkas di Sukabumi, Jawa Barat untuk urusan distribusi.

"Ya tergantung jarak sih memang. Tapi kalau untuk ke Depok, biasanya bisa dua rit. Tapi ya mau bagaimana, namanya juga bulan puasa mungkin orang minumya pada berkurang juga," katanya sembari tertawa.

"Tapi yang penting mah dalam satu hari tetap ada ngirim penuh satu truk gini," sambung Sidiq.

Menurutnya jika berhasil melakukan pengiriman sebanyak dua rit, uang yang dapat dibawa pulang akan lebih banyak.

Sebab, kata dia perusahaan ekspedisi tempatnya bekerja menggunakan 'sistem borongan'. Sistem ini membuat sopir hanya mendapatkan upah berdasarkan sisa uang jalan yang diberikan perusahaan.

Sebagai contoh, untuk satu kali jalan ke wilayah Depok ia akan dibekali uang sekitar Rp420 ribu. Dari bajet itu ia harus menyisihkan uang sisa pengeluaran seperti membayar tol pulang pergi hingga membeli bahan bakar.

"Ya makanya pintar-pintar kita. Jadi bersihnya ke saya sekitar Rp100 ribuan sampai Rp150 ribu. Makanya kalau dua rit bisa nambah dapatnya. Tapi tidak apa, rezeki mah ada saja," katanya.

Sedangkan saat pulang ke Sukabumi, ia tidak bisa mengangkut sembarang muatan yang dianggap menguntungkan dalam menambah cuan.

"Ya kalau pulang kan kita sudah ada muatannya lagi, galon kosong," ungkap Sidiq.

Sidiq, sopir truk galon air mineral yang terus mengais rezeki saat puasa bulan Ramadan. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)

Romansa

Sidiq mengaku sudah akrab dengan dunia kendaraan niaga sejak lama. Bahkan saat rekan seusianya sibuk sekolah, Sidiq malah memilih bekerja sebagai sopir hingga sekarang.

"Ya dari 2010 lah, mulai dari mobil Carry, terus truk boks, truk tangki, sampai ini ke Colt Diesel," kata pria 28 tahun itu.

Ia bercerita selama bekerja di balik kokpit truk, suka dan duka telah dirasa. Seperti halnya mesin mogok akibat mengalami kerusakan, ban bocor, hingga berurusan dengan aparat akibat melakukan kesalahan di jalan.

"Kalau bicara duka, paling kalau kita lagi apes. Misal ban bocor. Itu kita semua kerjain sendiri, bayangin truk muatan belasan ton saya dongkrak sendiri. Kita ganti bannya," kata dia.

"Tapi beruntung belum pernah ada kecelakaan. Tapi dimarahin orang di jalan sih pernah, ya namanya truk mana bisa cepet-cepet, tapi orang maunya buru-buru," ujar Sidiq.

Belum lagi, ia kini juga mengeluhkan soal ketersediaan bahan bakar diesel yang terasa langka, terutama pada SPBU di sejumlah daerah.

"Kalau kepepet ya mau tidak mau isi juga sama Dexlite, yang biasanya juga cuma pakai Solar. Tapi untungnya kantor itu ganti kalau kita kepepet harus isi sama bahan bakar yang lebih mahal. Yang kosong itu soalnya kalau di daerah, seperti Sukabumi, terus Cianjur. Kalau Jabodetabek aman sih," kata dia.

Meski begitu, ia bersyukur masih dapat bekerja sehingga dapat tetap memberi nafkah kepada keluarganya.

"Ya kalau ada yang nanya kenapa betah jadi sopir, ya utamanya tuntutan cari uang," ucap ayah satu anak itu sembari tertawa.

(ryh/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK