RODA-RODA GILA

Gigih Sopir Transjakarta Pegang Setir Walau Jarang Pulang Saat Ramadan

CNN Indonesia
Minggu, 24 Apr 2022 07:07 WIB
Mohamad Noh, sopir Transjakarta bergelut cari rezeki saat Ramadan. Bangun jam 3 pagi untuk cek rutin dan mulai mengemudi jam 5 pagi adalah rutinitasnya setiap hari. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mohamad Noh siang itu baru saja tiba usai menyelesaikan tugas setelah hampir seharian wara-wiri di Jakarta. Rasa lelah ia kesampingkan dan tetap ramah menemui saya di markas Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD), Cawang, Jakarta.

Noh kemudian mengajak saya ke sebuah ruangan yang biasanya memang diperuntukkan bakal menerima tamu. Ruangan ini tak terlalu besar, namun setidaknya jauh lebih sejuk dibanding berdiri di luar dan tersedia kursi empuk.

"Kalau di sini tidak apa-apa ya. Lebih adem, kalau di luar aduh panasnya," kata Noh sembari melepas jaket hitam yang dikenakannya.

Tempat ini ibarat rumah bagi Noh. Selepas bekerja di perusahaan pemadam api ringan, Transjakarta melalui operator PPD dijadikannya tempat berlabuh mencari rezeki hingga sekarang.

Kata Noh sekarang sudah tahun kelima dirinya mengabdi sebagai pramudi untuk Transjakarta.

"Ya kalau di sini, PPD buat Transjakarta, saya sudah sekitar lima tahun. Pertama gabung itu dari 2017, saat saya keluar dari tempat kerja yang lama," ucap Noh.

Ia bercerita ketertarikan menjadi pramudi diawali saat melihat wanita berkarier sebagai nahkoda bus besar di Ibukota. Hal itu yang kemudian menggerakkan niatnya dan memutuskan mendaftar di Transjakarta melalui PPD.

"Saya dulu lihat ada mulai bawa bus kecil, terus ada juga perempuan bawa bus gandeng. Jadi gereget saja, kenapa saya tidak bisa," kata Noh.

Berbekal pengalaman menjadi pengemudi mobil boks di tempat kerja lama, Noh lulus seleksi sampai akhirnya bertahan di PPD sebagai 'pramudi batangan' bus Transjakarta.

Necis

Pengemudi bus Transjakarta bagi sebagian orang memang terlihat lebih eksklusif ketimbang sopir alat transportasi darat lainnya. Sopir layanan transportasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini berpenampilan necis laiknya pilot pesawat terbang.

Selama bertugas, Noh selalu berseragam rapi, menggunakan kemeja biru muda, celana bahan hitam, sepatu pantofel, lengkap dengan tanda pengenal yang melingkar di lehernya.

Bahkan sebagai pramudi, saat ini ia juga telah diwajibkan menggunakan dasi serta peci.

"Ini kalau tidak salah sudah tiga bulan terakhir kami semua yang menjadi pengemudi wajib menggunakan dasi seperti ini," kata Noh.

"Jadi kami biar bawa bus, tapi tampilan tetap harus rapi dan sopan. Yang namanya memberi pelayanan, ya harus maksimal, sampai ke penampilan juga," ucapnya kemudian.

Mohamad Noh, sopir Transjakarta bergelut cari rezeki saat Ramadan. Bangun jam 3 pagi untuk cek rutin dan mulai mengemudi jam 5 pagi adalah rutinitasnya setiap hari. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)

Bangun jam tiga

Lima tahun menjadi pramudi Transjakarta, suka duka sudah dirasakan pria 31 tahun ini.

Bahkan waktu untuk keluarga juga terpaksa dikorbankan sebab ia memilih tinggal di mes perusahaan dan pulang ke rumah satu kali dalam sepekan, termasuk saat Ramadan.

"Saya kan tinggal di perbatasan Bogor, jadi di sini saja di mes. Dan pulangnya satu kali seminggu. Tapi ya namanya juga cari nafkah," ucap Noh.

Selama bekerja ia juga selalu dituntut bangun dini hari, yakni pada 03.00 WIB.

"Jadi setiap hari untuk shift pagi ini bangun selalu jam tiga. Jadi bukan karena bulan puasa saja untuk sahur, di sini kami sudah harus bangun jam segitu," ungkapnya.

Menurutnya bangun dini hari sudah menjadi rutinitas sebab sebelum memulai tugas dia diwajibkan melakukan pengecekan mulai dari kesehatan diri sampai kondisi bus yang akan dibawa.

Pengecekan tersebut, kata dia, memakan waktu cukup lama karena bergantian dengan pramudi lain.

"Baru setelahnya kami mulai pelayanan jam 5 pagi keluar dari pool secara bergantian. Kalau untuk trayek, saya itu Pulogadung- Rawa Buaya. Tapi untungnya pelayanan atau tugas di Transjakarta itu tidak terlalu lama masa kerjanya. Paling untuk dua rit itu cuma ngabisin empat jam," kata dia.

Kata Noh tantangan bekerja sebagai pramudi Transjakarta baru terasa saat mengemudi di tengah kerasnya situasi jalan Ibukota. Saling berebut jalan dengan pengendara lain seakan lumrah buat Noh.

"Ya tau sendiri biar kita punya jalur sendiri, tapi yang namanya pengendara lain itu mah tidak mau tau juga. Malah yang sering galakan mereka. Bahkan saya sering nemuin di mana motor lawan arah di jalur busway dan minta jalan karena di depan mereka ada polisi yang jaga," ungkapnya.

"Terus apa lagi sekarang saat puasa Ramadan gini. Kalau pagi hari atau jelang buka itu mah padetnya bukan main. Pengendara lain juga galak-galak," katanya sembari tertawa.

Noh juga mengaku pernah mengalami insiden ketika bekerja. Busnya sempat terserempet mobil lain kala putar balik.

"Pernah sekali, itu kejadian malah saya pas mau menikah. Untuk tidak ada korban, dan kasusnya juga bisa diselesaikan baik-baik," kata dia.

Namun begitu, pria satu anak itu mengaku kerasan bekerja sebagai pramudi. Ia berharap melalui pekerjaannya sebagai pramudi di Transjakarta, hidupnya bersama keluarga akan semakin sejahtera ke depan.

(fea/ryh/fea)


Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Jajal Parkir Otomatis Xpeng X9

KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK